TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan yang berkaitan dengan pertahanan, keamanan negara, dan alat utama sistem senjata tentara atau alutsista memang ada yang bisa dirahasiakan. Jokowi mengatakan perangkat tersebut menyangkut dengan strategi negara.
Pernyataan Jokowi mengenai ini berkaitan dengan debat capres semalam yang menyinggung soal data pertahanan.
“Ini menyangkut strategi besar negara nggak bisa semua dibuka kayak toko kelontong nggak bisa,” kata Jokowi di Serang, Banten pada Senin siang, 8 Januari 2024, dikutip dari keterangan video resmi Istana.
Kepala negara tak menyebutkan pernyataan itu ditujukan kepada calon presiden yang mana.
Namun dalam debat yang digelar KPU di Istora Senayan Ahad malam, ketiga calon presiden membahas soal tema pertahanan, politik luar negeri, geopolitik, dan geospasial. Dalam debat tersebut, calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan sudah mencecar capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Anies, dalam debat sempat meminta Prabowo untuk membuka data soal anggaran pertahanan termasuk belanja alutsista. Belanja alutsista Kementerian Pertahanan di bawah pimpinan Prabowo sudah dikritik sejumlah pihak sebelumnya karena dianggap boros.
"Kita perlu strategi baik supaya kekuatan yang kita miliki bisa bekerja dengan optimal, ini bukan pribadi, ini negara. Policy, penjelasan ya di sini bukan ruang tertutup yang nggak diketahui publik," kata Anies.
Beberapa kali saling sindir, Prabowo mempertanyakan rasa cinta Anies terhadap negara karena ingin membuka data pertahanan itu di depan publik. Di Pilpres 2024, Ketua Umum Gerindra itu berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Pak Anies, Pak anies, saya tidak bicara tertutup, saya bicara di DPR, komisi I, dimana semua Parpol yang mengusung Bapak hadir dan menyetujui yang saya ajukan," kata eks Pangkostrad ini, merujuk pada partai pengusung Anies seperti NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa yang saat ini masih berada dalam pemerintah Presiden Jokowi.
Dalam debat kemarin, Anies dan Ganjar juga memberikan skor yang rendah bagi sektor pertahanan di era Jokowi dan Prabowo. Menurut Anies angkanya 11 dari seratus, sementara Ganjar menyebut 5.
Ganjar menyoroti perencanaan penguatan sistem pertahanan yang belum kokoh karena dinilai sering gonta-ganti. Ia pun menilai hal itu seharusnya konsisten. Kedua, perbaikan di sektor pertahanan harus mendengarkan seluruh matra, sehingga seluruh proses perencanaannya harus bottom up.
Eks Gubernur Jawa Tengah mengatakan kritik dirinya bukan masalah personal, tapi demi kepeduliannya pada pertahanan Indonesia. "Situasi seperti ini tentu tidak mengenakan tapi ini harus kita buka untuk perbaikan bangsa," tegasnya.
Pilihan Editor: Luas Tanah Prabowo Disebut Anies Baswedan, Dulu Sempat Disenggol Jokowi Saat Debat Capres 2019