TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Aria Bima mengatakan di Boyolali bukan cuma terjadi kekerasan terhadap relawan Ganjar-Mahfud, namun juga pencopotan baliho pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 itu.
“Di Juwiring, malam kami pasang baliho Pak Ganjar Pranowo dan atribut partai, jam 1 dipasang, jam 3 hilang, di waktu Pak Ganjar di sana. Ini rangkaian tidak sekadar pemukulan, tapi rangkaian sebelumnya menunjukan adanya gelombang ketidaksukaan yang harus diredam secara bijaksana,” kata Aria di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, 1 Januari 2023.
Fenomena di Boyolali, menurut Aria yang juga Ketua Tim Penjadwalan TPN Ganjar-Mahfud itu, jangan sampai berakibat pada pesta demokrasi dilaksanakan secara tidak riang. Menurut dia, upaya terhadap penegakan demokrasi harus dilakukan.
“Itu saya lihat dan melihat kalau gelombang penolakan-penolakan perlawanan ini mulai dari baliho yang disobek, pengaturan-pengaturan pertemuan yang mulai beberapa caleg diikuti. Ini ada sesuatu yang mulai memunculkan resisten dari masyarakat,” kata Aria.
Diketahui, telah terjadi kekerasan oleh oknum TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah. Menanggapi fenomena ini Aria Bima menekankan jangan sampai demokrasi kita mundur ke belakang dan kembali ke titik nol.
Menurut dia, konsolidasi agar demokrasi maju harus dilakukan. “Ini bukan persoalan Ganjar, Mahfud, partai pengusung, Tim Kampanye Nasional atau Tim Kampanye Daerah, tapi persoalan demokrasi yang harus kita jaga,” kata dia.
Selanjutnya, TPN janjikan perlindungan hukum....