TEMPO.CO, Jakarta - Tepat 17 tahun lalu, 1 Januari 2007, pesawat Adam Air Penerbangan 574 jatuh di Selat Makassar, sekitar perairan Majene, Sulawesi Barat atau Sulbar. Pesawat dengan penumpang 102 orang termasuk awak itu raib dan tak pernah ditemukan hingga sekarang. Padahal, selain dibantu oleh internasional, pencariannya juga melibatkan paranormal.
Kisah pencarian pesawat jatuh Adam Air menggunakan bantuan paranormal itu diceritakan oleh anggota Aliansi Jurnalis Independen atau Aji Polewali Mandar, Sulbar, Farhanuddin kepada Tempo pada pengujung 2014. Farhan, sapaannya, merupakan wartawan salah satu televisi swasta sejak 2004 hingga 2018. Saat kejadian hilangnya pesawat tersebut pada 2007, dia ditugasi kantornya untuk meliput.
Sehari setelah kejadian, menurut Farhan, pemerintah Sulbar bersama Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar menggelar jumpa pers khusus soal insiden itu. Dalam jumpa pers, diumumkan penemuan pesawat Adam Air di pegunungan Desa Rangoan, Matangnga, Polewali Mandar. Berjarak 35 kilometer dari ibu kota Polewali Mandar atau sekitar 300 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan.
“Saat itu juga tim bergerak ke Rangoan,” kata Farhan kepada Tempo, Senin 29 Desember 2014.
Namun, menurut Farhan, setelah tim SAR sampai di lokasi yang dimaksud sehari berikutnya atau hari kedua setelah Adam Air jatuh, mereka tak menemukan bangkai pesawat maupun jenazah penumpang. Padahal saat jumpa pers, pemerintah menginformasikan telah menemukan 90 orang jenazah dari 102 penumpang. Pemerintah akhirnya meralat informasi tersebut.
“Saat itu, informasi lokasi jatuhnya Adam Air jadi simpang siur,” kata Farhan.
Menurut Farhan, karena tak jelas lokasi bangkai Adam Air, tim SAR kemudian melakukan pencarian di sejumlah titik yang dicurigai, baik di perairan maupun di pegunungan. Tim SAR pun mengandalkan semua teknologi yang dimiliki dengan bantuan dunia internasional. Selain itu, kata Farhan, tim SAR juga turut dibantu paranormal untuk mendeteksi pesawat Adam Air.
Farhan masih ingat, kala itu banyak paranormal yang berdatangan ke Majene, baik dari Pulau Jawa maupun Manado. Mereka ada yang datang secara sukarela, dan ada pula diboyong oleh keluarga korban. Salah satu yang menarik, kata Farhan, adalah saat tim SAR bersama paranormal mencari jejak Adam Air di pegunungan Limboro, Sendana dan di pegunungan di Malunda, Majene.
Di dua tempat tersebut, pemerintah Majene menyembelih seekor sapi dan seekor kambing. “Kedua binatang ini disembelih karena arahan paranormal,” kata Farhan yang juga warga Majene ini. Malam hari setelah melakukan ritual, kata Farhan, terjadi keanehan. Salah seorang anggota tim SAR kerasukan makhluk halus. Dalam keadaan tak sadar, dia berbicara kepada rekannya bahwa sesajen tersebut salah alamat.
Hal itu lantaran penyembelihan ternak itu bukan ditujukan langsung ke penjaga penghuni sekitar pegunungan, melainkan ke penunggu tempat lainnya yang bertetangga dengannya. “Yang mengaku penghuni tempat itu minta juga dipotongkan seekor sapi,” katanya. Namun, kata Farhan, permintaan itu tak dipenuhi oleh pemerintah Majene dan tim SAR.
Kilas balik peristiwa jatuhnya pesawat Adam Air Penerbangan 574 di Selat Makassar
Pesawat Adam Air Penerbangan 574 merupakan sebuah penerbangan domestik jurusan Jakarta-Surabaya-Manado. Setelah transit di Bandara Juanda (SUB), Surabaya, pesawat lepas landas pukul 12.55 WIB menuju Bandara Sam Ratulangi (MDC), Manado. Pesawat tersebut direncanakan tiba pukul 16.14 WITA.
Namun pesawat tersebut dilaporkan putus kontak dengan Pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin Makasar setelah kontak terakhir pukul 14:53 WITA. Posisi akhir pesawat tercatat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar pada ketinggian 35.000 kaki. Pesawat yang membawa 96 penumpang dan 6 awak itu dikabarkan hilang.
Secara rinci, pesawat Adam Air Penerbangan 574 membawa 96 orang penumpang. Terdiri dari 85 dewasa, 7 anak-anak dan 4 bayi. Dipiloti oleh Kapten Refri Agustian Widodo dan co-pilot Yoga Susanto, disertai pramugari Verawati Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari. Pesawat tersebut juga membawa 3 warga Amerika Serikat.
Setelah 7 bulan pesawat dinyatakan hilang, kotak hitam Adam Air Penerbangan 574 akhirnya ditemukan pada 27 Agustus. Benda tersebut ditemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat pada pukul 12.19 WIB. Selain perekam data penerbangan atau FDR ini, juga ditemukan perekam suara kokpit di kedalaman 2.000 meter.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT Tatang Kurniadi memastikan dalam penemuan kotak hitam Adam Air di perairan Majene, Sulawesi Barat itu, tidak ditemukan serpihan-serpihan bekas tubuh manusia. Adapun Pencarian dan pengangkatan kotak hitam pesawat dari dasar laut ini, dilaporkan memakan biaya lebih dari Rp. 27 miliar.
Setelah 14 bulan kemudian pasca-insiden, pada Selasa, 25 Maret 2008, KNKT mengumumkan kesimpulan mereka bahwa kecelakaan pesawat Adam Air pada Januari 2007 dipicu adanya penyimpangan pada sistem navigasi di pesawat. Fokus konsentrasi pilot pada malfungsi IRS mengalihkan perhatian terhadap instrumen lain sehingga pesawat lepas kendali.
“Saat itu pesawat kritis tidak dapat dikendalikan,” kata Tatang dalam paparan di kantor Departemen Perhubungan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | RUSMAN PARAQBUEQ I JONIANSYAH I RIEKA RAHADIANA
Pilihan Editor: Tragedi 1 Januari 2007, Pesawat Adam Air Penerbangan 574 Jatuh di Selat Makassar, 102 Orang Tak Pernah Ditemukan