Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Deretan Pemikiran Soe Hok Gie Ikon Idealisme Aktivis Mahasiswa

image-gnews
Soe Hok Gie. (net)
Soe Hok Gie. (net)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Soe Hok Gie merupakan nama sosok aktivis mahasiswa yang memiliki peran sentral dalam penggulingan rezim Orde Lama Sukarno. Aktivis keturunan Tionghoa tersebut menempuh pendidikan tinggi di Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia dalam rentang waktu antara 1962 hingga 1968.

Lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta, Gie, sapaan akrabnya, merupakan putra dari ayah bernama Soe Lie Pit dan ibu yang bernama Nio Hoe An. Darah sastra Gie menurun dari ayahnya yang merupakan seorang novelis dan kegemaran Gie kecil mengunjungi perpustakaan. 

Selain kegemarannya terhadap literatur sastra yang telah tumbuh sejak kecil, seperti dilansir dari Majalah Tempo edisi 11 Juli 2005, simpati Gie terhadap kelompok yang teraniaya juga telah tumbuh sejak ia kecil. Pernah pada suatu peristiwa pada saat Gie masih berusia belia, ia menyelamatkan temannya, Tjoe Tjin Hok yang pada saat itu sering dipukuli oleh bibinya.

Kritik Tajam

Setelah menamatkan pendidikan SMA-nya di SMA Kolese Kanisius, Gie yang melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia tersebut menjadi sosok mahasiswa kritis yang sering melontarkan kritik-kritik tajam. Selain dilontarkan pada rezim pemerintahan Orde Lama Sukarno, Gie juga turut melontarkan kritiknya kepada kawan-kawannya yang pada saat itu menjadi anggota dewan di DPR-GR.

“Bergabunglah dengan partai politik kalau mau berpolitik, jangan mencatut nama mahasiswa,” ujar Gie dalam suatu artikel berjudul “Setelah Tiga Tahun” yang terdapat dalam kumpulan tulisannya berjudul Zaman Peralihan.

Bahkan, saking geramnya Gie terhadap kawan-kawannya yang di DPR-GR, ia sampai mengirimkan seperangkat alat kosmetik yang disertai dengan nada satir, berbunyi  “para wakil mahasiswa yang tak kenal menyerah dan tak mengenal kompromi, bisa tampil lebih cantik lagi di muka penguasa”.

Selain itu, Gie juga turut melakukan kritik terhadap pemerintah Orde Baru Suharto yang pada saat itu melakukan pembantaian massal terhadap anggota Partai Komunis Indonesia, keresahan Gie tersebut dituangkan dalam catatan dan kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul “Catatan Seorang Demonstran” dan “Zaman Peralihan”.

Gie dan Sosialisme

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti dikutip dari jurnal akademis yang ditulis oleh Suastiani dan Corry Liana yang berjudul “Soe Hok Gie dalam Wacana Dwifungsi Mahasiswa 1961-1969”, sejak memasuki dunia mahasiswa, Gie tidak menaruh minat terhadap organisasi mahasiswa yang memiliki nama besar seperti GmnI, HmI, dan PMKI. Namun, Gie lebih memilih bergabung dengan Gemsos atau Gerakan Mahasiswa sosialis yang menganut ideologi sosialisme.

Bergabungnya Gie ke Gemsos menjadikan dirinya dianggap sebagai sosok yang berada di golongan independen, karena pada saat itu Kampus Salemba UI sedang kental pertarungan antara HmI dan GmnI. Selain itu, independensi Gie juga didukung oleh sikap Gie yang ketika menjabat sebagai Senat Mahasiswa tidak sama sekali memberikan pengaruh politik pada rekan-rekannya.

Selain independen, Gie juga memiliki pemikiran yang menolak adanya politik praktis yang masuk ke dalam kampus dan lebih memilih membentuk Mapala atau mahasiswa pecinta alam untuk memupuk rasa patriotisme mahasiswa. Dalam organisasi tersebut, Gie juga berupaya menanamkan sifat solidaritas dan gotong royong pada jiwa manusia.

Gie dan Kebebasan

Selain didirikan untuk memupuk rasa patriotisme dan gotong royong, Mapala UI dibentuk oleh Gie dan Herman Lantang, kawan Gie, sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap kebebasan. Masih dilansir dari jurnal akademis yang ditulis oleh Suastiani dan Corry Liana, Gie merupakan sosok yang mencintai kebebasan dan dibuktikan dengan kegemarannya mendaki gunung.

Gie juga merupakan sosok yang peduli dan lebih tertarik pada isu-isu yang berkaitan dengan kebebasan berpendapat, masalah ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat. Kecintaan Gie atas kebebasan dibuktikan dengan bergabungnya Gie dalam Gerakan Pembaruan atau gerakan bawah tanah binaan Soemitro Djojohadikusumo yang digunakan untuk menggulingkan rezim Orde Lama Sukarno. 

RENO EZA MAHENDRA  | GERIN RIO PRANATA | MAJALAH TEMPO

Pilihan Editor: Prosesi Pemakaman Soe Hok Gie, dari Gunung Semeru Bersemayam di Museum Taman Prasasti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mahasiswa UI Angkat Kartu Hitam untuk Rektor Ari Kuncoro di Sidang Terbuka LPJ 2024

3 hari lalu

Sejumlah mahasiswa UI mengangkat kartu hitam dalam sidang terbuka laporan pertanggungjawaban Rektor UI pada Senin, 13 Mei 2024 di Balai Sidang UI. Dok. Istimewa
Mahasiswa UI Angkat Kartu Hitam untuk Rektor Ari Kuncoro di Sidang Terbuka LPJ 2024

Aliansi BEM se-UI mengangkat kartu hitam dalam sidang terbuka LPJ Rektor UI, Ari Kuncoro pada Senin, 13 Mei 2024.


UI Buka Ruang Konsultasi Bila UKT dan IPI Mahasiswa Baru Tak Sesuai

3 hari lalu

BEM UI saat aksi simbolik mengenakan cosplay seragam putih abu-abu di Lapangan Rotunda, Kampus UI Depok, Senin, 26 Juni 2023.  Mereka menuntut transparansi penetapan UKT yang dinilai memberatkan mahasiswa. TEMPO/Ricky Juliansyah.
UI Buka Ruang Konsultasi Bila UKT dan IPI Mahasiswa Baru Tak Sesuai

UI membuka ruang konsultasi bagi calon mahasiswa baru yang merasa penetapan kelompok UKT dan IPI tidak sesuai dengan kondisi ekonomi.


Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

3 hari lalu

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.


Kenaikan UKT di Sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Picu Aksi Protes Mahasiswa, Apa Itu PTNBH?

4 hari lalu

Mahasiswa ITB menggelar aksi menolak skema pembayaran uang kuliah melalui platform pinjaman online di depan gedung Rektorat ITB, Bandung, Senin, 29 Januari 2024. Keluarga Mahasiswa ITB mencatat ada 120 orang mahasiswa yang menunggak Uang Kuliah Tunggal atau UKT dan terancam tidak bisa mengikuti kuliah atau dipaksa cuti kuliah. TEMPO/Prima Mulia
Kenaikan UKT di Sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Picu Aksi Protes Mahasiswa, Apa Itu PTNBH?

Kebijakan sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum dalam menaikkan biaya UKT memicu aksi protes mahasiswa. Apa itu PTNBH?


Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

6 hari lalu

Ilustrasi PPDB Online (siap-ppdb.com)
Hitung Jarak Zonasi PPDB dan Sampai Kapan Hawa Panas di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Jumat pagi ini, 10 Mei 2024, dipuncaki artikel informasi tentang aturan menghitung jarak zonasi PPDB 2024/2025.


Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

7 hari lalu

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menghadirkan pelaku pembunuhan taruna STIP Marunda, Jakarta Utara, berinisial TRS dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution
Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

Mahasiswa STIP Jakarta bernama Putu Satria Rastika dinyatakan meninggal setelah dianiaya seniornya. Ini bukan kejadian pertama kematian di kampus.


Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

7 hari lalu

Ilustrasi Info BMKG. Google Play Store
Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.


FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

8 hari lalu

Logo Universitas Indonesia. TEMPO, Savero Aristia Wienanto.
FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

Predikat itu diraih FEB UI untuk tiga jurusan, yaitu Accounting & Finance, Business & Management Studies, dan Economics & Econometrics.


Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

8 hari lalu

Calon mahasiswa baru mengisi formulir pembayaran biaya pendaftaran melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Bank Mandiri kampus Universitas Hasanuddin, Makassar (13/5). FOTO/Dewi Fajriani
Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

Berikut prosedur, jadwal, dan berkas yang harus disiapkan oleh mahasiswa baru untuk menentukan besaran UKT di UI, tahun ini.


Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

8 hari lalu

Dosen di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Vita Silvana meraih penghargaan Japanese Society of Obstetrics and Gynecology (JSOG) Congress Encouragement Award sebagai Best Paper di bidang Reproductive Medicine. Dok. Humas UI
Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

Dosen FKUI dapat bersaing di dunia medis secara global.