TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon presiden dan wakil persiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka kompak mengenakan kemeja jeans warna biru gongker, celana hitam dan sepatu hitam ketika sampai di RSPAD Gatot Subroto, pada Kamis, 26 Oktober 2023. Pasangan beda usia dan generasi itu, Prabowo Subianto lahir pada 1951 sementara Gibran lahir pada 1987.
Keduanya terpaut 36 tahun. Seperti bapak dan anak. Paslon beda generasi juga nampak dari gaya berjalan, Prabowo berjalan tegap maklum mantan tentara sedangkan wakilnya, Gibran lebih santai.
Sementara dua pasangan capres-cawapres lainnya, justru memiliki cawapres yang lebih tua usianya. Muhaimin Iskandar lebih tua tiga tahun dari Anies Baswedan, Mauhfud MD lebih tua 11 tahun dari Ganjar Pranowo. Anies Baswedan lahir pada 1969, cawapresnya, Muhaimin Iskandar, lahir pada 1966. Ganjar Pranowo lahir pada 1968, cawapresnya, Mahfud MD, lahir pada 1957.
Sebelumnya dalam masa pemulihannya di Singapura, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memantau keriuhan dinamika Pilpres 2024. Luhut mengatakan optimis dengan duet calon presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal tersebut ia ungkap dalam unggahan instagram resminya, Rabu, 25 Oktober 2023.
Pada awalnya, Luhut mengucapkan selamat kepada Mahfud MD yang kini resmi sebagai pendamping bagi Ganjar Pranowo. Dia juga menyampaikan rasa hormatnya kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. “Namun, kabar yang sungguh menyita perhatian saya adalah bersatunya Pak Prabowo dan Mas Gibran sebagai pasangan Capres-Cawapres,” tuturnya.
Dalam unggahan tersebut, Luhut mengklaim banyak yang menyambut pasangan Prabowo-Gibran dengan rasa optimisme, namun juga ada yang melihatnya dengan kacamata keraguan. “Tapi ini biasa saja, adalah hal yang lumrah di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, setiap warganya mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda,” kata dia.
Dia pun mengungkit perjalanan panjangnya mengarungi gelombang politik Indonesia. Luhut mengatakan dirinya paham betul bahwa setiap keputusan yang diambil dalam arena politik selalu didasari oleh pertimbangan mendalam. “Hal ini pun berlaku pada keputusan Pak Prabowo dan Mas Gibran,” tuturnya.
Gambaran yang muncul di benak Luhut adalah simbiosis antara kebijaksanaan dan energi baru yang terpadu dengan sempurna. “Negeri kita, yang kaya bukan hanya dari sumber daya alam tetapi juga dari potensi besar generasinya, membutuhkan sinergi antara kebijaksanaan dari pengalaman dan inovasi generasi muda,” tulisnya.
OHAN B. SARDIN
Pilihan Editor: Dukung Prabowo - Gibran, Hercules: Di Bawah Aman Terkendali, Kita Semua Turun