Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BPA, dari Aman hingga Dinilai Berbahaya

image-gnews
Iklan

INFO NASIONAL – Peneliti di National Cancer Institute (NCI) tertarik dengan adanya volume produksi Bisphenol A (BPA) yang tinggi dan sejumlah besar pekerja yang mungkin terpapar bahan kimia tersebut. NCI merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan Program Bioassay Karsinogenesis Nasional. Pada 1977, NCI memprakarsai studi karsinogenesis pertama terhadap BPA.

Selama studi karsinogenesis terhadap BPA, dari 1977 hingga 1979, tanggung jawab Program Bioassay Karsinogenesis dialihkan dari NCI ke lembaga yang baru didirikan, yakni National Toxicology Program (NTP). NTP didirikan untuk mengoordinasi penelitian toksikologi di Amerika Serikat.

Menurut Sarah A. Vogel, dalam tulisannya di Jurnal Kesehatan “The Politics of Plastics: The Making and Unmaking of Bisphenol A “Safety”, Kongres meminta General Accounting Office (GAO—lembaga auditor tertinggi di AS) untuk menyelidiki kualitas laboratorium-laboratorium swasta yang melakukan penelitian untuk Program Bioassay Karsinogenesis.

Pada saat itu, kualitas penelitian sedang dalam pengawasan ketat. Ini karena pada 1976, sebuah penyelidikan federal ekstensif terhadap Industrial Bio-Test, salah satu laboratorium swasta terbesar yang melakukan uji keamanan bahan kimia di Amerika Serikat, menemukan praktik penipuan ekstensif.

Pada 1979, penyelidikan GAO menemukan masalah di beberapa fasilitas yang bekerja sebagai kontraktor untuk NCI. Kondisi terburuk dilaporkan terjadi di Litton Biotechnics. Litton Biotechnics merupakan laboratorium yang disewa untuk melakukan bioassay (analisis terhadap suatu zat untuk menentukan keberadaan dan dampaknya) karsinogenesis terhadap BPA.

Para pemeriksa menemukan masalah pemeliharaan, tindakan kontrol kualitas yang buruk, dan praktik patologi yang buruk. Mereka kemudian menyimpulkan semua itu dapat memengaruhi hasil penelitian apa pun.

Meskipun ada temuan dari investigasi GAO tersebut, baik NCI maupun NTP tidak melakukan penilaian ulang terhadap studi karsinogenisitas BPA yang telah dilakukan. Pada 1982, NTP pun merilis laporan akhir tentang studi karsinogenesis terhadap BPA. Dengan hanya dua kategori—“bukti yang meyakinkan” atau “tidak ada bukti yang meyakinkan”—yang digunakan untuk menggambarkan data pada saat itu, laporan akhir tersebut menyatakan “tidak ada bukti yang meyakinkan” tentang karsinogenisitas pada BPA.

Kesimpulan studi di atas menjadi dasar bagi peraturan pertama tentang standar keamanan BPA yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agency (EPA) pada 1988 dan diadopsi oleh FDA sebagai dosis rujukan. Dengan mempertimbangkan BPA sebagai “nonkarsinogen”, EPA menggunakan dosis terendah dari studi karsinogenesis sebagai “tingkat efek samping terendah yang diamati” dan membagi angka ini dengan faktor ketidakpastian 1000 untuk menentukan dosis rujukan sebesar 50 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Angka inilah yang tetap menjadi standar keamanan BPA hingga saat ini di Amerika Serikat.

Terkait karakter estrogenik dari BPA yang telah lama diabaikan, EPA mencatat bahwa estrogenisitas BPA lebih penting untuk diperhatikan. Salah satu bukti yang digunakan adalah gangguan kesuburan yang ditemukan dalam sebuah penelitian pada 1981. Namun, karena bioakumulasi BPA kurang dan waktu hidup biologisnya pendek di dalam tubuh, FDA tetap menyimpulkan bahwa BPA tidak menimbulkan ancaman atau bahaya.

BPA sebagai Pengganggu Endokrin

Produksi BPA di Amerika Serikat pada akhir 1980-an melonjak melebihi 450 juta kilogram per tahun. Ini karena polikarbonat menemukan pasar baru dalam cakram padat, cakram serbaguna digital (DVD), air minum dalam kemasan, botol bayi, serta peralatan laboratorium dan rumah sakit. Hanya beberapa tahun setelah dosis rujukan di atas ditetapkan, estrogenisitas BPA, yang sebelumnya dianggap lemah, mulai diinvestigasi oleh bidang keilmuan interdisipliner yang berkembang: studi tentang efek bahan kimia sintetik mirip hormon.

Pada 1993, para ahli endokrinologi di Stanford University menemukan bahwa BPA terlarut dari botol-botol polikarbonat di dalam laboratorium mereka. Penemuan ini terjadi saat para ahli sedang berupaya mencari estrogen endogen dalam ragi.

Pada awalnya mereka berpikir temuan itu adalah estrogen endogen, tapi ternyata BPA setelah mereka mengujinya dengan sel kanker payudara yang responsif terhadap estrogen. Temuan (yang kemudian dipublikasikan) ini membuat karakter estrogenisitas BPA yang lama diabaikan kembali menjadi pusat perhatian sejumlah peneliti yang tertarik tidak hanya pada estrogen sintetik tetapi, secara lebih luas, pada apa yang disebut sebagai “pengganggu endokrin” (endocrine disruptor).

“Gangguan endokrin” (endocrine disruption) adalah kondisi ketika bahan-bahan kimia tertentu bisa mengganggu produksi, pemrosesan, dan transmisi hormon di dalam tubuh dan mengganggu fungsi normal sistem endokrin. Istilah itu diciptakan di sebuah pertemuan para ahli pada 1991.

Pertemuan tersebut diadakan di Wingspread Conference Center di Racine, Wisconsin, Amerika Serikat, dan diorganisasikan oleh Theo Colborn, yang saat itu bersama World Wildlife Fund (WWF), dan J.P. Myers, yang saat itu direktur sebuah yayasan donasi lingkungan. Hasil dari pertemuan tersebut, yang mengumpulkan beragam peneliti dari berbagai bidang—ahli biologi satwa liar, ahli endokrin, ahli fisiologi reproduksi, dan ahli toksikologi—adalah sebuah konsensus ilmiah yang disebut “Chemically-Induced Alterations in Sexual Development” atau “Wingspread Consensus Statement of 1991”. Konsensus ini menyatakan “dengan pasti” bahwa beberapa bahan kimia memiliki potensi untuk mengganggu sistem endokrin manusia dan satwa liar.

Meskipun istilah “gangguan endokrin” masih baru pada saat itu, hipotesisnya sebenarnya sudah dibangun selama beberapa dekade berdasarkan sejumlah penelitian lapangan dan laboratorium terkait estrogen sintetik. Di mulai 1979, para peneliti yang tertarik untuk mempelajari senyawa estrogenik sintetik yang ditemukan di lingkungan, atau “xenoestrogen”, berkumpul setiap beberapa tahun dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh John McLachlan (pada saat itu adalah Direktur Sains dari NIEHS) di National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS), California Utara. Pada awal 1980-an, McLachlan menerbitkan studi pertama tentang efek transplasenta dari paparan DES yang mereproduksi efek karsinogenik dan reproduksi sebagaimana dilaporkan dalam studi epidemiologi sejak dekade 1970-an.

McLachlan, bersama dengan Howard Bern, seorang ahli endokrin di University of California, Berkeley, yang mempelajari paparan DES dalam kandungan dan neonatal pada manusia dan hewan pada awal hingga pertengahan 1970-an, menghadiri pertemuan Wingspread 1991. Banyak ahli pada pertemuan itu. Di antaranya adalah ahli biologi satwa liar Louis Guillette, ahli biologi molekuler Ana Soto dan Carlos Sonnenschein, dan ahli biologi Frederick vom Saal. Mereka semua, termasuk McLachlan, kemudian menjadi peneliti terkemuka dalam bidang gangguan endokrin—sebuah bidang interdisipliner yang mengubah paradigma.

Terkejut dengan penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tersebut, vom Saal, yang selama bertahun-tahun telah mempelajari efek paparan hormon alami dalam rahim pada organisme yang sedang berkembang, memutuskan untuk menguji sejumlah estrogen sintetik. Dia lalu memilih BPA dan oktilfenol—juga bahan kimia yang digunakan dalam plastik. Tidak seperti tes toksisitas untuk kepentingan pembuatan peraturan, penelitian vom Saal memaparkan tikus hamil ke tingkat BPA non-toksik, yakni di bawah standar keamanan 50 mikrogram per kilogram per hari.

Dalam studi pertama yang diterbitkan tentang BPA dari laboratoriumnya pada 1997, tim vom Saal melaporkan peningkatan berat prostat pada tikus yang terpapar dan respons estrogenik yang lebih tinggi daripada yang diharapkan dari BPA. Peneliti lain menerbitkan dua laporan penelitian tambahan tentang efek dosis rendah BPA: laporan pada 1997 tentang kelenjar susu dan laporan pada 1998 tentang sistem reproduksi wanita. Secara kolektif, studi dosis rendah baru ini benar-benar menantang anggapan lama bahwa BPA adalah estrogen yang lemah. lalu bagaimana dengan BPA dalam galon plastik berbahan polikarbonat. Apakah sebaiknya memilih Galon BPA Free

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

7 jam lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.


Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

7 jam lalu

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

Golkar Banten diperintahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar melakukan silaturahmi dengan seluruh parpol di Banten.


NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

8 jam lalu

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

Nikson Nababan merupakan simbol perubahan. Selain itu, sebagai perwujudan dari konsep pluralisme Sumatera Utara. Dia juga dipandang sebagai pemimpin yang berasal dari kalangan rakyat dan mengalami proses dari bawah.


Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

1 hari lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.


Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

1 hari lalu

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran, serta peran pegawai Mandiri untuk menerapkan ESG dalam operasional perseroan.


Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

1 hari lalu

(kiri ke kanan) Direktur Network & IT Solution Herlan Wijanarko, Direktur Wholesale & International Service Bogi Witjaksono, Direktur Strategic Portfolio Budi Setyawan Wijaya, Direktur Digital Busines Muhamad Fajrin Rasyid, Direktur Utama Ririek Adriansyah, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Heri Supriadi, Direktur Human Capital Management Afriwandi, Direktur Group Business Development Honesti Basyir, dan Direktur Enterprise & Business Service FM Venusiana R dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2023 di Jakarta pada Jumat (3/5).
Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.


Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

1 hari lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.


Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

1 hari lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.


Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

1 hari lalu

Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

Paritrana Award merupakan apresiasi untuk mendorong terwujudnya universal coverage perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan.


Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

1 hari lalu

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi akan berkunjung ke Kota Cilegon. Penggunaan aspal plastik dapat menjadi contoh implementasi pengolahan sampah.