TEMPO.CO, Makassar - Menteri Sosial Tri Rismaharini tak dapat menanhan tangis saat bercerita soal kekerasan yang dihadapi oleh para anak penyandang disabilitas dalam acara The ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability-Inclusive Development and Partnership beyond 2025 (Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025) di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, 11 Oktober 2023. Kekerasan tersebut, menurut Risma, yang membuat pihaknya kemudian membuat jam tangan pintar Grita dan Gruwi.
Berbicara dalam panel diskusi kedua, Risma awalnya menjabarkan sejumlah inovasi yang dilakukan Indonesia untuk melindungi para anak penyandang disabilitas. Salah satu inovasi itu, menurut dia, adalah dengan menciptakan jam tangan pintar Grita dan Gruwi.
Akan tetapi dia tak bisa menahan tangis ketika menceritakan latar belakang pembuatan jam tangan pintar itu.
"Kita memberikan jam tangan pintar, karena kita menemukan ....," ujar Risma yang sempat berhenti berbicara dan kemudian menangis haru.
"Anda tahu, anak-anak saya penyandang disabilitas Mereka mendapatkan kekerasan, jadi saya memberikan smartwatch," ujar Mensos Risma," kata dia melanjutkan.
Para peserta yang hadir dalam acara itu pun memberikan apresiasi kepada Risma dengan bertepuk tangan.
Penjelasan soal Grita dan Gruwi
Grita dan Gruwi merupakan jam pintar bagi anak penyandang disabilitas yang memiliki fitur alarm darurat. Jam tangan Grita memiliki sensor denyut nadi yang dapat memincu bunyi alarm. Jika denyut nadi seorang anak penyandang disabilitas melebihi batas wajar, alarm akan berbunyi untuk memberikan peringatan kepada orang yang berada di sekitar mereka.
Jam tangan ini juga memiliki koneksi ponsel untuk mengirim koordinat GPS dan data realtime si penyandang disabilitas ke orang tua atau kerabat mereka.
Sementara Gruwi adalah jam pintar yang memiliki tombol panik. Seorang penyandang disabilitas bisa menekan tombol itu untuk memicu alarm darurat sehingga memberikan peringatan kepada orang yang berad di sekitar mereka.
Penyandang disabilitas rentan menghadapi kekerasan
Risma dalam pembukaan AHLF 2023 Selasa kemarin juga sempat menyatakan bahwa penyandang disabilitas sangat rentan menghadapi kekerasan, baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan psikis. Tak hanya dari pihak luar, dia menyatakan kekerasan tersebut juga kerap terjadi dari pihak keluarganya.
Mantan Wali Kota Surabaya tersebut mencontohkan stigma dari keluarga yang kerap menilai anak penyandang disabilitas sebagai kutukan. Hal itu, menurut dia, perlu diperangi oleh semua pihak.
AHLF 2023 digelar dengan tujuan mempercepat implementasi ASEAN Enabling Masterplan 2025 termasuk pengarusutamaan penyandang disabilitas di tiga Pilar ASEAN; memperkuat pembangunan dan kemitraan yang inklusif penyandang disabilitas; memberdayakan penyandang disabilitas dalam kewirausahaan, pemulihan, dan membangun ketahanan; berkontribusi pada perumusan narasi inklusi penyandang disabilitas yang lebih kuat dalam visi masyarakat pasca-2025.
Forum yang dibuka Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Selasa kemarin ini akan digelar hingga Kamis, 12 Oktober 2023. Forum ini diikuti oleh Menteri dan Pejabat Senior ASEAN yang bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial dan pembangunan di badan sektoral terkait, entitas terafiliasi ASEAN dan mitra. Selain itu ada juga delegasi dari beberapa negara selain negara ASEAN seperti Timor Leste, Amerika Serikat, Australia dan Inggris.