INFO NASIONAL - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengungkapkan betapa besarnya jasa Pondok Pesantren termasuk Gontor, apalagi dengan mempertimbangkan fakta sejarah yang membuat bangsa Indonesia mesti bersyukur, karena di Indonesia ini pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam masih terjaga, masih tetap eksis bahkan melampaui usia dari negeri ini sendiri.
Seperti Muhammadiyah, NU dan Pondok Gontor, usianya lebih dari 100 tahun. "Menurut saya, Hal tersebut menjadi suatu fakta, terjadi relasi yang sangat baik antara negara dengan ormas Islam dan dengan lembaga pendidikan Islam dan menjadi bagian penting untuk selalu dijaga," katanya saat acara Sujud Syukur dan Pembukaan Peringatan 100 Tahun Gontor, di Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Rabu, 27 September 2023.
Gontor, lanjut HNW, menjadi bagian yang menjaga relasi yang baik antara pendidikan Islam dengan negara, termasuk juga dengan peraturan perundangan yang ada, dan dengan sistem yang dibangun oleh negara.
Walaupun Gontor menegaskan dirinya sebagai pesantren modern dan alumninya tersebar, namun Ponpes Modern Gontor menegaskan dirinya bagian dari Indonesia.
"Tadi saya jelaskan dipidato saya, tentang sejarah Gontor yang sangat lekat dengan Indonesia, itu terbukti dengan bunyi syair dalam mars Gontor yang diciptakan tahun 1941 sebelum Indonesia merdeka. Disebutkan bahwa ada tiga jenis ibu yakni, ibu biologis atau ibu kandung, Gontor sebagai ibu dan Indonesia sebagai ibu," tutur alumni Pondok Gontor dan Ketua Badan Wakaf Pondok Gontor ini.
Artinya, Gontor sangat menjaga hubungan baik antara Gontor dengan negara Indonesia. Inilah yang membuat Gontor terus berkembang, lebih dari 20 cabang pondok Gontor, muridnya sangat banyak berlipat-lipat hingga lebih dari 32 ribu murid.
Dan spirit itu yang dibawa Gontor memasuki abad ke dua kehadirannya, itu dengan jelas tercantum dalam tema yang diputuskan oleh Badan Wakaf -lembaga tertinggi di Gontor- bahwa Gontor pada abad keduanya akan “Menghadirkan Nilai-Nilai Islam Membangun Peradaban Utama”.
"Harmoni semacam ini, menurut saya harus terus dibangun, dijaga dan dikuatkan sehingga tidak ada ketegangan antara negara dengan pesantren. Apalagi di tahun politik, menyongsong 100 tahun Indonesia Merdeka.” (*)