TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Jawa Timur, Sukadiono mengungkap kriteria calon presiden yang bakal dipilih oleh warga Muhammadiyah. Kriteria calon presiden ini diungkap oleh Sukadiono di sela peresmian gedung zakat center Lazismu Lumajang di Jalan Diponegoro, Kelurahan Jogoyudan, Kabupaten Lumajang, Senin, 11 September 2023.
"Jadi kami di Muhammadiyah itu punya doktrin, namanya doktrin perjuangan di Muhammadiyah, salah satunya menjauhi politik praktis," kata Sukadiono, Senin siang, 11 September 2023.
Meski menjauhi politik praktis, namun ia mengimbau kepada warga Muhammadiyah untuk tidak apatis terhadap politik. Artinya, secara organisatoris, Muhammadiyah tidak ada kewenangan untuk dukung-mendukung.
"Secara organisatoris, di semua level, baik di pimpinan pusat, wilayah, maupun daerah tidak ada kamusnya secara organisatoris Muhammadiyah ikut dukung mendukung baik itu capres A, B maupun C," ujar Sukadiono.
Ia mengatakan pengurus menyerahkan semuanya kepada warga Muhammadiyah. "Tetapi kami memberikan kriteria yang tentu sesuai dengan, istilahnya kepemimpinan profetik," ujar Sukadiono.
Kepemimpinan profetik itu, kata Sukadiono, mengistilahkannya sebagai kepemimpinan nabi. Dengan menerangkan profetik yang berasal dari prophet atau nabi, Sukadiono mengatakan ada empat indikator sikap yang harus ada di diri seorang pemimpin.
"Prophet itu kan nabi, kepemimpinan profetik itu kan ada empat sikap wajib yang harus ada pada diri seorang pemimpin, indikatornya yang pertama amanah, amanah yang terlihat dari track record selama ini," katanya.
Dari sejumlah calon yang ada ini, kata Sukadiono, pernah menjabat sebagai pemimpin. "Rekam jejaknya bagaimana," kata dia.
Kemudian Sidiq. "Yang kedua adalah sidiq atau jujur. Yakni satunya kata dengan perbuatan, warga Muhammadiyah harus tahu, mana sih calon-calon ini antara perkataan dan perbuatan itu satu, bukan hanya pandai berkata tetapi tidak pandai melakukan," ujarnya.
Sementara yang ketiga adalah Tabligh, artinya komunikatif. "Komunikasi di sini kan ada dua, tidak hanya speaking saja tetapi juga pandai mendengar. Dalam aspek komunikasi, bagaimana mendengar keluhan di masyarakat, bagaimana membaca persoalan sosial di masyarakat, jangan hanya bicara saja. Orang kena bencana banjir atau gunung meletus, tidak mungkin kami hanya meminta sabar-sabar saja, mesti harus ada solusi," katanya.
Karena itulah komunikasi dari satu aspek yakni listening itu juga yang harus dilihat. Sedangkan yang keempat adalah Fatonah, yakni cerdas. "Kecerdasan ini tidak diukur dari gelar seorang. Cerdas di sini artinya seorang pemimpin harus pandai memberikan solusi ketika terjadi persoalan di masyarakat. Mengulur-ulur sampai tidak ada solusi itu berarti bukan orang yang cerdas," katanya.
Empat Indikator inilah, yang dia minta perlu menjadi perhatian warga Muhammadiyah. "Warga Muhammadiyah bisa membaca dari track record para calon, siapa? Ya, tentu warga Muhammadiyah yang tahu sendiri. Kami tidak akan pernah mengarahkan," katanya.
Sukadiono mengatakan pihaknya selalu mensosialisasikan ihwal kepemimpinan profetik setiap melakukan kunjungan ke daerah saat ada pengukuhan di tingkat daerah atau cabang. "Kepemimpinan profetik ini mesti selalu kami sampaikan," katanya.
Dia juga tidak menampik ihwal penafsiran tentang empat sikap itu bisa berbeda-beda di kalangan warga Muhammadiyah. "Di bawah tentang itu juga bisa berbeda-beda. Tidak bisa kami kemudian mengarahkan, tidak bisa. Karena masing-masing orang mempunyai interpretasi yang antara satu dan lain itu bisa jadi berbeda," katanya.
Ia mahfum, bahwa pilihan warga Muhammadiyah itu tidak mungkin satu. "Tetapi dengan indikator itu, warga Muhammadiyah sudah bisa menentukan" ujarnya.
Seperti diketahui, pemilihan presiden bakal berlangsung pada 14 Februari 2024. Top figur bakal calon presiden yang marak dikabarkan bakal bertarung dalam kontestasi lima tahunan itu adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Pilihan Editor: Hadiri Rakernas UMKM Muhammadiyah, Mendag Zulkifli Hasan: Wirausaha Bisa Dimulai dari Warung