Adi lantas mencontohkan praktik politik identitas yang pernah dialami Indonesia pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. Dia menilai dalam dua ajang itu, terjadi upaya untuk memobilisasi dukungan kepada satu calon tertentu dengan menggunakan simbol-simbol agama.
"Ada pendukung calon tertentu yang menuding pihak lain kafir dan setan. Sementara jagoannya diklaim paling malaikat," ujarnya.
Isu polemik Ganjar azan di TV
Terkait polemik politik identitas terkait kemunculan Ganjar dalam tayangan azan magrib di salah satu stasiun TV, Adi menegaskan itu bukanlah sebagai bentuk politik identitas.
Dia menilai kemunculan Ganjar seperti itu sama halnya seperti kemunculan tokoh politik dalam iklan ucapan hari-hari besar keagamaan lainnya.
"Jelas bukan politik identitas. Politik identitas tak sederhana begitu definisinya. Itu hanya tayangan orang salat. Mengajak kebaikan," kata Adi.
Adi kemudian mengatakan kemunculan elite politik di dalam video serupa adalah hal lumrah dan perkara biasa. Bukan hanya konteks azan, elite politik juga melakukan praktik tersebut saat iklan ucapan Ramadan atau perayaan hari besar.
"Banyak sekali elite negara yang tampil jelang dan saat buka puasa bilang marhaban ya Ramadan dan mengucapkan selamat berpuasa, dituding politik identitas? Padahal bukan politik identitas," kata Adi.
Pilihan Editor: Ganjar Pranowo Muncul di Azan, Pengamat: Tidak Tepat Disebut Politik Identitas
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Tika ayu