Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenang AH Nasution, Orang Kuat Kedua di TKR Sesudah Jenderal Soedirman

image-gnews
Jenderal AH Nasution. Wikipedia
Jenderal AH Nasution. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 6 September 2000 Jenderal Agung TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution atau AH Nasution tutup usia. Jenderal Nasution merupakan satu diantara tiga jenderal Indonesia yang dianugerahi Jenderal Agung Bintang Lima. Ia juga dikenal sebagai Jenderal yang selamat dari peristiwa G30S sekaligus peletak dasar perang gerilya di Indonesia.

AH Nasution lahir di Kotanopan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918. Anak dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis ini menempuh pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Setelah lulus pada 1932, ia melanjutkan pendidikan menengah dan lulus pada 1935.

AH Nasution kemudian pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah guru. AH Nasution lalu meneruskan pendidikannya di Algemeene Middelbare School bagian B di Jakarta dan lulus pada 1938. Setelahnya, AH Nasution menjadi pengajar di Bengkulu dan Palembang.     

Sebelum bergabung dengan militer Indonesia, AH Nasution sudah mengenyam pelatihan militer. Dikutip dari p2k.unkris.ac.id, kala itu, dirinya bergabung di korps perwira cadangan di bawah pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan dirinya sempat diangkat menjadi kopral pada 1940. Ia juga dibaiat menjadi perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL). Sekaligus menolong milisi PETA yang diproduksi oleh penjajah Jepang.

Setelahnya, AH Nasution bergabung dengan militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada Mei 1946, Ia diangkat sebagai Panglima Regional Divisi Siliwangi. Dalam posisi ini, Nasution mengembangkan teori perang teritorial pertahanan tentara nasional Indonesia di masa depan.

Karir militernya kian menanjak. Pada 1948 Nasution diangkat menjadi Wakil Panglima TKR. Penunjukan ini membuat Nasution menjadi orang paling kuat kedua di TKR sesudah Jenderal Soedirman. Ia juga memutuskan mengakhiri pemberontakan komunis di Madiun. 

Selain itu, Nasution sempat diamanahkan menjadi Komandan Angkatan Darat dan Teritorial Jawa era Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Kemudian didapuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Pada 1950. 

Namun, karir nasution sempat pupus usai protes keikutsertaan DPR dalam restrukturisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Bersama Simatupang, mereka harus kehilangan posisi di ABRI dan diberhentikan dari ikatan dinas pada Desember 1952. 

Tiga tahun setelahnya, karier Nasution memuncak lagi. Dirinya dinaikkan kembali menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Lalu dinaikkan menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan di Kabinet Soekarno. 

Disamping itu, A.H. Nasution atau kerap dipanggil Pak Nas dikenal sebagai penggagas Dwifungsi ABRI. Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dirinya juga menjadi peletak dasar perang gerilya yang dituangkan dalam buku "Strategy of Guerrilla Warfare". Buku tersebut pun menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara termasuk di sekolah elite bagi militer dunia, West Point Amerika Serikat (AS).

Masa Orde Baru merupakan akhir dari karier Nasution. Dirinya yang dielu-elukan era Soekarno disingkirkan oleh Soeharto. Bahkan dirinya dilarang berbicara di Seskoad dan Akademi Militer. AH Nasution juga dipensuinkan dini pada usai 53 tahun. Kejatuhan karier Nasution secara drastis tersebut membuatnya mendapatkan julukan sebagai Gelandangan Politik.

Selama berkarier di dunia militer, Nasution sempat mengemban beberapa jabatan strategis. Dinukil dari tni.mil.id, Nasution pernah menjabat sebagai Kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat, Tentara Keamanan Rakyat, Komandan Divisi I/Jawa Barat, Panglima Divisi III TKR Panglima Divisi I/SIliwangi, dan Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. Lalu menjabat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang/Kepala Staf Operatif, Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD), Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD), dan Kepala Staf A.D. (KSAD).

Selain berkarier di militer, AH Nasution juga menjabat di ranah politik era kabinet Kerja dan Dwikora. Antara lain Menteri Keamanan Pertahanan, Menteri Keamanan Nasional sekaligus Wakil Panglima Besar, Wakil Menteri Pertama/Koordinator bidang Pertahanan-Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

KHUMAR MAHENDRA  I  NAOMY AYU NUGRAHENI

Pilihan Editor: Jenderal Besar AH Nasution, Konseptor Taktik Perang Gerilya yang Lolos dari G30S

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

5 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

6 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

7 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.


54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

10 hari lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP Puan Maharani (kiri), Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi Prananda Prabowo (kanan) yang juga anak-anaknya berpegangan tangan saat berfoto bersama dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2023. Rakernas III PDI Perjuangan itu menghasilkan 17 poin rekomendasi eksternal seperti visi-misi Capres-Cawapres dari PDIP, dan memerintahkan seluruh kader Partai menangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. TEMPO/M taufan Rengganis
54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

10 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

12 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.


Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

14 hari lalu

Pendukung Prabowo-Gibran dan para pendukung Anies-Muhaimin terlibat bentrokan saat menggelar aksi di area Patung Kuda, Jakarta, 19 April 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.


49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

15 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.


Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

15 hari lalu

Sejumlah wisatawan mengunjungi anjungan Provinsi Sumatera Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis 11 April 2024. Pengelola TMII menyebutkan sekitar 20.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut pada hari kedua Lebaran 2024 (data terakhir pukul 15.00 WIB) dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga Minggu (14/4) atau H+3 Lebaran.  ANTARA FOTO
Berawal Ide Tien Soeharto, Begini Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII di Usia 49 Tahun

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibangun pada 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975, berawal dari ide Tien Soeharto.


Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

25 hari lalu

Suasana antrean warga di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu, 10 April 2024. Antrean warga untuk menghadiri acara open house Idul Fitri sempat ricuh lantaran sejumlah warga memaksa masuk ke dalam Istana Negara. TEMPO/Yohanes Maharso
Ramai Open House Jokowi di Istana Negara, Ini Sejarah Open House di Kalangan Pejabat Negara

Tradisi open house di kalangan pejabat Indonesia makin menguat sejak Orde Baru era kepemimpinan Soeharto.