TEMPO.CO, Jakarta - Budiman Sudjatmiko yang terang-terangan mendukung bakal calon presiden (bacapres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menimbulkan polemik. Hingga saat ini, PDIP masih belum memberikan sanksi kepada mantan aktivis 1998 itu. Beragam opini malah muncul di internal PDIP.
Opini itu muncul mulai dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, hingga Politikus PDIP Deddy Sitorus. Lantas, apa kata mereka? Berikut rangkuman pernyataannya yang dihimpun dari Tempo.
Megawati: Ibarat orang berdansa
Megawati menyentil Budiman dengan menganalogikan orang yang tengah berdansa. Dia menyatakan hal itu pernah dia sampaikan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Sekarang kasus Budiman, Presiden Jokowi saat akan selesai periode kedua ini, sempat memanggil saya dan bertanya, 'Bagaimana suasana Pemilu(2024) nanti?'," kata Mega saat dialog dan konsolidasi pemenangan partai di DPD PDIP Yogyakarta, Selasa 22 Agustus 2023.
Mendapat pertanyaan Presiden Jokowi itu, Megawati pun lantas menjawabnya.
"Saya bilang kepada Pak Jokowi, "Tahu nggak soal dansa ? Dansa itu bisa sendiri, berdua dan rame-rame atau bisa slow motion dan bermacam gaya, zumba, rock and roll," kata Mega kepada Jokowi.
"Dansa juga bisa berganti pasangan, lalu Pak Jokowi tertawa dan bilang langsung paham," kata Mega.
Perumpamaan itulah yang digambarkan Megawati untuk menjelaskan sikap Budiman. Menurutnya, manuver yang dilakukan Budiman hal yang sangat wajar dalam dunia politik yang selalu dinamis.
Hasto: Seperti punya pacar baru
Sementara itu Hasto mengatakan sempat mencoba menanyakan respons pada kalangan milenial dalam suatu sesi pelatihan yang digelar PDIP belum lama ini soal manuver Budiman.
"Saya bertanya ke mereka (peserta pelatihan), menurut kalian gimana Pak Budiman?" kata Hasto
"Mereka menjawab, udah Pak sekjen, Pak Budiman ini kan seperti punya pacar baru, jadi biar asyik dengan pacarnya toh tiga bulan nanti akan ketahuan bagaimana pacar barunya itu," kata Hasto menirukan.
"Jadi ya sudah, yang penting kami bergerak ke bawah karena dengan kejadian itu, ternyata elektoral pak Ganjar sekarang malah rebound," kata Hasto.
Rebound elektoral Ganjar hari ini, kata Hasto, tak dapat dilepaskan dari dukungan berbagai kalangan, termasuk akademisi hingga budayawan.
"Dukungan ini menunjukkan bahwa dalam berpolitik itu harus dilakukan dengan etika yang baik, jangan korbankan suatu integritas kita karena bagi seorang politisi itulah yang paling penting," ujarnya.
Menurut dia, bagi seorang pejuang, integritas itu melekat dalam karakter. "Yang penting, kita semua bergerak," ujarnya.
Selanjutnya: Deddy: PDIP harus pecat Budiman