TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara (Kejati Sultra) menangkap Amel Sabar (AS) yang diduga menghalangi penyidikan dalam perkara tindak pidana korupsi pertambangan ore nikel di Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Antam Tbk di Blok Mandiodo, Konawe Utara. Amel Sabar diringkus tim Kejati Sultra di Plaza Senayan, Jakarta, pada Kamis, 17 Agustus 2023 pukul 17.00 WIB.
“AS alias Amel lansung diperiksa di Gedung Bundar Kejaksaan Agung dan selanjutnya ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana dugaan menghalangi penyidikan," ujar Asisten Bidang intelijen Kejaksaan Tinggi Sultra, Ade Hermawan dalam rilisnya pada Jumat, 18 Agustus 2023. Amel dijerat Pasal 21 Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Amel dilaporkan oleh keluarga AA yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan tindakan pidana korupsi di PT Antam tersebut. AA merupakan Direktur PT Kabaena Kromit Utama. Amel diduga melakukan perbuatan menjanjikan dapat mengurus/ mencabut status tersangka AA dengan cara menemui dan meminta tolong kepada beberapa pimpinan kejaksaan. Amel Sabar juga telah meminta dan menerima uang sekitar Rp 6 miliar dari istri AA pada Juli 2023 di Jakarta Selatan.
“Uang tersebut digunakan tersangka untuk kepentingan pribadinya dan tersangka tidak diterima untuk menemui pimpinan kejaksaan baik di pusat maupun di daerah,” kata Ade Hermawan.
Dalam penangkapan Amel Sabar tersebut, Kejaksaan Tinggi Sultra dibantu oleh Intelijen Kejaksaan Agung dan Kejaksaan Tinggi DKI. Mereka kemudian menahan Amel Sabar di Rutan selama 20 hari ke depan untuk kepentingan penyidikan.
Sebelumnya, Penyidik Kejaksaan Tinggi Sultra kembali menetapkan dua tersangka dugaan korupsi pertambangan jual beli ore nikel PT Antam di Blok Mandiodo-Tapunggaya-Tapumeywa Kabupaten Konawe Utara. Tersangka yang ditetapkan adalah AS selaku Kuasa Direktur PT Cinta Jaya, dan RC, Direktur PT Tristaco Mineral Makmur.
“Dua perusahaan berperan menyediakan dokumen terbang alias “dokter” kepada PT Lawung Agung Mining (LAM)”, ujar Asisten Intel Kejaksaan Tinggi Sultra, Ade Hermawan, di Gedung Kejati Sultra, Rabu, 16 Agustus 2023.
AS dan RC diketahui memiliki perat sebegai aktor yang menebitkan dokumen ore nikel yang berasal dari penambangan IUP PT Antam diubah seolah-olah berasal dari kedua perusahaan tersebut. Akibat perbuatan tersangka, hasil penambangan nikel di wilayah IUP Antam yang dilakukan oleh Lawu Agunng Mining tidak diserahkan ke PT Antam. Hasil tambang itu dijual ke pemiliki smelter yang ada di Morosi dan Morowali yang hasilnya dinikmati oleh PT Lawu Agung Mining sehingga menimbulkan kerugian negara.
Dalam kasus ini, Kejaksaan sudah menetapkan sekitar 12 tersangka yang kini sudah mendekam di hotel prodeo, Pemilik PT Lawu Agung Mining, Windu Aji Susanto; Direktur PT Lawu Agung Mining, OFS dan GS; Pelaksaan Lapangan, GS; Direktur Utama PT kabaena Kromit Pratama, AA; dan Manajer PT Antam UPBN Konawe Utara, HW.
Selanjutnya ada dari Kepala Geologi di Kementerian ESDM, SM; Evaluator RKAB dan Anggaran Biaya di kementerian ESDM, EVT; Koordinator RKAB di Kementerian ESDM, YB; Eks Direktur Jenderal Mineral Batubara (Minerba), Ridwan Jamaludin; dan Sub-Kooridnator RKAB Kementerian ESDM,HJ
Sejak disidik pada Februari lalu, total hampir 100 orang telah diperiksa. Kejati Sultra mengungkap dan terus mengembangkan penyidikan sehingga kemungkinan tersangka masih bisa bertambah
AKHMAD RIYADH | ROSNIAWANTI FIKRY TAHIR
Pilihan Editor: Kejati Sultra Kembali Tetapkan 2 Tersangka Dugaan Korupsi Tambang NIkel Antam di Konawe Utara