Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alasan Sukarno Pilih 17 Agustus 1945 untuk Proklamasi, Ada Nilai Spiritual yang Diyakininya

image-gnews
Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik membawa harapan bagi Indonesia untuk merdeka. Negara yang menjuluki diri Nipon Cahaya Asia itu menyerah pada 14 Agustus 1945. Tiga hari berselang, 17 Agustus 1945, Sukarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa menyatakan Indonesia merdeka.

Lantas mengapa Sukarno atau Bung Karno memilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?

Kabar kekalahan Jepang membuat para pejuang bergejolak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun mereka berbeda pendapat mengenai tanggal pelaksanaan. Akibatnya terpecahlah menjadi dua kubu: golongan tua dan golongan muda. Mereka yang muda menginginkan proklamasi segera digelar.

Dilansir dari Setneg.go.id, perbedaan pendapat itu membawa perdebatan pada 15 Agustus malam di kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Para pemuda mendesak Bung Karno untuk melakukan revolusi malam itu juga. Mereka meyakinkan Bung Karno, ribuan pasukan bersenjata siap mengepung kota. Perdebatan itu dikisahkan dalam buku Lasmidjah Hardi dan Ahmad Soebardjo.

“Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!” kata Chaerul Saleh.

Bahkan desakan itu diiringi dengan ancaman. Para pemuda mengultimatum Bung Karno. Tokoh pemuda bernama Wikani menyebut jika revolusi tak dilakukan malam itu juga, akan berakibat terjadinya pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari. Mendengar ancaman itu, Bung Karno naik pitam. Dia meminta Wikani untuk memotong lehernya.

“Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!” tukas Bung Karno.

Mohammad Hatta alias Bung Hatta yang juga hadir malam itu mengingat para pemuda. Menurutnya Jepang adalah masa lalu. Justru yang perlu dikhawatirkan adalah kembalinya Belanda ke Indonesia. Bung Hatta bahkan menyuruh kelompok pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia jika sanggup.

Para pemuda tak menggubris peringatan Bung Hatta. Mereka tetap mendesak dan berargumen bahwa jika tidak segera dilakukan deklarasi, mereka khawatir Jepang akan memberikan kemerdekaan sebagai hadiah. Pada pemuda berkeinginan proklamasi diumumkan oleh rakyat sebagai suatu bangsa. Bukan pemberian dari penjajah yang telah kalah perang.

Namun, Bung Karno dan Bung Hatta tetap pada pendirian untuk tak tergesa mengumandangkan deklarasi kemerdekaan. Bung Hatta menolak usulan melakukan revolusi malam itu. Alasannya: kurang perhitungan dan mungkin timbul banyak korban jiwa dan harta. Mendengar itu, para pemuda tampak tak puas. Mereka kemudian menculik Bung Karno dan Bung Hatta agar tak dipengaruhi Jepang.

Pada 16 Agustus dini hari, keduanya diboyong ke Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang, Jawa Barat. Bung Karno, sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi, mengaku amat kecewa dengan tindakan itu. Tetapi melihat keadaan yang memanas. Bung Karno akhirnya manut. Istrinya, Fatmawati dan putra mereka, Guntur Soekarnoputra ikut serta. Peristiwa penculikan ini dijuluki Peristiwa Rengasdengklok.

Alasan Bung Karno pilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

Upaya mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia masih tak membuahkan hasil. Meski sehari penuh di Rengasdengklok, para pemuda tak cukup berani untuk menekan kedua tokoh itu. Siang, 16 Agustus, perdebatan panas kembali terjadi di sebuah pondok bambu di tengah persawahan. Ancaman huru-hara kembali diutarakan jika malam itu juga tak digelar revolusi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu-” ancam salah satu dari mereka.

Namun perkataan itu terhenti seketika saat Bung Karno beranjak dari duduknya. “Lalu apa?” ketus Bung Karno dengan kemarahan memuncak. Mereka semua terkejut dan ciut nyali. Setelah suasana kembali tenang, Bung Karno kemudian menjelaskan alasannya menunda proklamasi. Menurutnya, dalam sebuah revolusi, waktu yang tepat merupakan aspek terpenting.

“Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini (proklamasi kemerdekaan) untuk dijalankan tanggal 17,” kata Bung Karno dengan tenang.

Seorang tokoh pemuda bernama Sukarni memberanikan diri bertanya mengapa harus tanggal 17 Agustus. “Mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16?” tanya Sukarni. Bung Karno pun menjelaskan alasan dirinya memilih tanggal tersebut sebagai hari untuk mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dia mengaku sebagai orang yang percaya mistik.

“Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik,” kata Bung Karno.

Menurut Bung Karno, angka 17 adalah angka suci. Ada nilai spiritual yang diyakininya pada angka tersebut. Dia berpendapat banyak kebetulan yang berhubungan dengan angka 17. Misalnya, Al-Quran diturunkan pada 17 Ramadan. Juga dalam sehari umat Islam salat sebanyak 17 rakaat. Karena itu baginya angka 17 bukan angka sembarangan. Sehingga menambah kesakralan jika dijadikan tanggal proklamasi kemerdekaan.

“Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” kata Bung Karno.

Selain itu, 17 Agustus 1945 saat itu jatuh pada hari Jumat di bulan Ramadan. Menurut Bung Karno, hari Jumat merupakan hari istimewa dalam Islam. Hari Jumat di bulan Ramadan disebutnya sebagai hari paling suci. Apalagi kala itu tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan Jumat Legi. Ini adalah tanggalan menurut kalender Jawa. Bagi Bung Karno Jumat Legi merupakan hari berbahagia.

“Tanggal 17 besok hari Jumat. Hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci,” kata Sukarno.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | ANDIKA DWI | LALA DITA PANGESTU

Pilihan Editor: Kenali 3 Tokoh Paskibraka Pertama Indonesia, Salah Satunya SK Trimurti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Asal-usul 5 Oktober Ditetapkan sebagai HUT TNI

17 jam lalu

Defile pasukan prajurit TNI ketika gladi bersih HUT ke-79 TNI di Lapangan Silang Monas, Jakarta. Tampak latar belakang panggung parade berbentuk Istana Garuda IKN. Tempo/Ilham Balindra
Asal-usul 5 Oktober Ditetapkan sebagai HUT TNI

HUT TNI merupakan sebuah momen penting dalam sejarah Indonesia yang menandai kelahiran kekuatan militer negara ini.


Kisah 6,5 Juta Gulden Sultan Hamengkubuwono IX untuk Kas Negara, Sukarno pun Menangis

2 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX. Dok. Museum Hamengku Buwono IX Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Kisah 6,5 Juta Gulden Sultan Hamengkubuwono IX untuk Kas Negara, Sukarno pun Menangis

Sultan Hamengkubuwono IX menyumbang 6,5 juta gulden untuk Indonesia melalui Sukarno. Dana itu dijadikan kas negara di awal kemerdekaan RI.


Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

2 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

Kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia terekam dalam sejarah. Ia mendukung Sukarno-Hatta dengan segala daya upaya.


Profil Sri Rahayu, Caleg Terpilih PDIP yang Mundur agar Cucu Sukarno Dapat Kursi DPR

3 hari lalu

Caleg terpilih Dapil Jatim VI, Sri Rahayu, yang diminta mundur oleh DPP PDIP. Foto: Instagram @dra_srirahayu217_pdiperjuangan
Profil Sri Rahayu, Caleg Terpilih PDIP yang Mundur agar Cucu Sukarno Dapat Kursi DPR

Caleg terpilih dari fraksi PDIP Sri Rahayu mengundurkan diri agar Romy Soekarno bisa melenggang ke senayan. Siapa itu Sri Rahayu?


Gagasan Angkatan Kelima PKI yang Ditentang TNI AD, Pemicu Peristiwa G30S?

3 hari lalu

DN Aidit saat memberikan sambutan pada ulang tahun ke-5 Partai Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische Einheitspartei Deutschlands) di Berlin (1958). wikipedia. org
Gagasan Angkatan Kelima PKI yang Ditentang TNI AD, Pemicu Peristiwa G30S?

Penyebab G30S masih samar hingga hari ini, tapi sebelum meletusnya peristiwa tersebut muncul gagasan Angkatan Kelima dari PKI yang ditentang TNI AD.


Romy Soekarno Melenggang ke DPR Usai Arteria Dahlan dan Sri Rahayu Mundur, Simak Profilnya

4 hari lalu

Romy Soekarno. Dok.TEMPO/Aditia Noviansyah
Romy Soekarno Melenggang ke DPR Usai Arteria Dahlan dan Sri Rahayu Mundur, Simak Profilnya

Cucu Mantan Presiden Sukarno, Romy Soekarno melenggang ke DPR usai Sri Rahayu dan Arteria Dahlan mundur. Ini profil anak Rachmawati Soekarnoputri.


Arteria Dahlan Bersedia Mundur dari Caleg DPR demi Keluarga Besar Bung Karno

5 hari lalu

Politikus PDIP Arteria Dahlan saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin, 30 September 2024. Tempo/Annisa Febiola.
Arteria Dahlan Bersedia Mundur dari Caleg DPR demi Keluarga Besar Bung Karno

Pengunduran diri Arteria Dahlan memberi karpet merah kepada cucu mantan Presiden Sukarno, Hendra Rahtomo alias Romi.


3 Pemeran Utama dalam Film Pengkhianatan G30S/PKI

5 hari lalu

Film Pengkhianatan G 30 S-PKI
3 Pemeran Utama dalam Film Pengkhianatan G30S/PKI

Sebagai peringatan peristiwa G30S 1965, beberapa stasiun televisi Indonesia menayangkan film Pengkhianatan G30S/PKI .Siapa pemeran utamanya?


Serba-Serbi Film Pengkhianatan G30S/PKI, Sutradara Arifin C. Noer: Benar-benar Gila. Edan!

5 hari lalu

Sejumlah warga menonton film penumpasan pengkhianatan G30S/PKI di markas Kodim 1304 Gorontalo, Gorontalo (20/9). Pemutaran film itu bertujuan untuk memberikan informasi dan pembelajaran kepada masyarakat agar mengenal sejarah bangsa. ANTARA FOTO
Serba-Serbi Film Pengkhianatan G30S/PKI, Sutradara Arifin C. Noer: Benar-benar Gila. Edan!

Film Pengkhianatan G30S/PKI merupakan salah satu film fenomenal yang pernah di buat di negeri ini. Berikut serba-serbi pembuatan film ini.


Kata Sumarsih soal Rencana Penyematan Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto

6 hari lalu

Aktivis Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) Sumarsih, Ibu Korban Penembakan Tragedi Semanggi I saat mengikuti aksi Kamisan ke-823 memperingati Hari Keadilan Internasional (World Day for International Justice) di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2024. TEMPO/Subekti.
Kata Sumarsih soal Rencana Penyematan Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto

Sumarsih merespons soal rencana penyematan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.