TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan aktivis Pusat Informasi Jaringan Aksi Reformasi Tri Agus Siswanto menanggapi pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto. Ia menilai Budiman sedang melakukan politik deterjen.
"Namanya deterjen itu membersihkan. Deterjen politik itu membersihkan, cuci orang yang kotor, jadi dirangkul untuk mencuci kotoran Prabowo," kata Tri Agus Siswanto Siswowiharjo, saat ditemui di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu, 22 Juli 2023.
Baca Juga:
Dosen APMD Yogyakarta ini menyatakan pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto di rumah kediaman Kertanegara Jakarta, pekan ini menuai respons berupa dukungan maupun cibiran.
Soal sikap Budiman Sudjatmiko yang berbicara langsung dengan Prabowo Subianto di Kertanegara, kedekatan secara politis juga dilakukan sejumlah tokoh politisi.
"Misalnya kala 2004, Prabowo jadi cawapres Megawati, 2019 jadi menteri Joko Widodo sementara di PDI setidaknya juga di pemerintahan misalnya urusan soal kejahatan masa lalu, sudah tak relevan, itu jawab mereka," kata Tri Agus.
Sebagai aktifis, Tri Agus Siswanto Siswowiharjo menilai dibandingkan langkah Budiman dengan Efendi Simbolon, yang sama sama aktif di PDI Perjuangan tentu konteksnya beda. Apalagi bandingkan dengan Megawati dan Joko Widodo jelas berbeda, mereka bukan korban seperti yang dialami Budiman Sudjatmiko dan kawan kawan yang pernah diculik, termasuk Nezar Patria.
Tri Agus menjelaskan kalau ada istilah Stockholm Syndrome, bisa saja, yaitu orang yang tersandera mencintai penyandera. Ada cerita nasabah disandera, setelah itu malah dukung penyandera. Mereka yang masuk Gerindra, seperti Pius Lustrilanang dan lain lain.
"Tapi saya juga punya istilah, deterjen politik, itu bersihkan cuci orang yang kotor, jadi dirangkul untuk mencuci kotoran Prabowo," kata Tri Agus Siswanto Siswowiharjo.
Berkaitan dengan hadirnya momen politik, jelang pemilu 2024 kepada kaum muda yang berjarak latar sejarah dengan masa lalu, Tri Agus Siswanto Siswowiharjo mengingatkan agar kaum muda lebih banyak belajar sejarah.
"Karena ada jarak, kaum muda banyaklah baca sejarah, jangan silau dengan pengalaman seseorang di masa lalu jadi aktivis, bisa jadi masa lalu oke, kini tak ada apa-apa. Bisa juga jangan meremehkan yang biasa-biasa, dulunya bukan aktivis, kini punya kuasa," kata Tri Agus yang pernah mendekam dua tahun, 1995-1997 karena pelanggaran pidana pasal 134 berkaitan penghinaan Presiden Soeharto.
Sebelumnya, Budiman menyatakan pertemuannya dengan Prabowo itu membahas soal kebangsaan, kemanusiaan, dan masa depan.
"Kami melampaui soal status-status kami. Kita bisa bicara soal kebangsaan, kita bisa bicara soal kemanusiaan, kita bicara masa depan," ujar Budiman, Selasa, 18 Juli 2023.
Di sisi lain, Prabowo mengatakan dirinya memiliki banyak pemikiran yang sama setelah berbincang dengan Budiman.
"Saya sangat menghargai, saya sangat menghormati, saya terharu kedatangan Mas Budiman, dan begitu kita bicara, ternyata banyak pemikiran kita yang sama," kata Prabowo.
Namun buntut dari pertemuan tersebut, Budiman bakal dipanggil DPP PDIP. Budiman pun mengaku siap memenuhi panggilan partainya tersebut.
“Nggak ada masalah. Saya kira diskusi dengan partai nggak apa-apa, dipanggil. Saya kan juga ngobrol-ngobrol juga dengan yang lain,” kata Budiman saat dihubungi, Kamis kemarin, 20 Juli 2023.
Berdasarkan catatan Tempo, DPP PDIP juga pernah memanggil kader lainnya usai bertemu Prabowo, seperti Gibran Rakabuming dan Effendi Simbolon.
MUH SYAIFULLAH
Pilihan Editor: Imbas Budiman Sudjatmiko Bertemu Prabowo, Disebut Pindah ke Gerindra dan Tahu Lahan Basah