TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani membantah pertemuan aktivis 98 Budiman Sudjatmiko dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bertujuan menghapus label yang melekat ke Menteri Pertahanan itu ihwal peristiwa 1998. Muzani bercerita, persamuhan Budiman dengan Prabowo sama sekali tidak membahas hal tersebut.
Muzani turut menegaskan pertemuan tersebut tidak bisa serta-merta diartikan bahwa Budiman akan bergabung ke Gerindra. Ia menyatakan keduanya murni membahas ihwal masa depan bangsa.
“Nggak (untuk hapus memori 98). Pak Budiman tidak gabung ke Gerindra, kagak dibahas. Itu murni bicara tentang perlunya Indonesia punya pemikiran dari pemimpin yang punya cakrawala,” kata Muzani di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Juli 2023.
Saat disinggung ihwal peran Budiman Sudjatmiko pada 98 yang notabene berlawanan dengan Prabowo, Muzani menyatakan hal itu merupakan masa lalu. Alih-alih berfokus ke sana, menurut Muzani lebih baik jika masyarakat mulai menatap masa depan bangsa dengan lebih baik.
“Itu kan masa lalu, orang-orang itu sekarang sudah mulai menatap masa depan. Kita ini juga generasi yang lahir, ada yang di atas 2000, 90, itu kita harus menata masa depan Indonesia,” kata Muzani.
Adapun Budiman merupakan aktivis reformasi yang memimpin Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ia juga sempat dipenjara oleh pemerintahan orde baru karena dianggap sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996.
Sementara itu, Prabowo kerap disebut-sebut memerintahkan Kopassus untuk menghilangkan sejumlah aktivis 1998. Isu ihwal dugaan pelanggaran HAM berat pada kerusuhan Mei 1998 juga sering mencuat saat Menteri Pertahanan itu maju Pilpres pada 2014 dan 2019 lalu.
Pilihan Editor: Bulog: Ada 750 Ribu Ton Stok Beras untuk Antisipasi El Nino