TEMPO Interaktif, BANDUNG:—Tiga Rektor dari Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung sepakat menolak hasil ujian nasional digunakan sebagai alat masuk perguruan tinggi negeri. “Karena belum ada niat baik kejujuran dari peserta didik dan pendidik,” kata Rektor ITB Djoko Santoso, Kamis (7/5).
Dia mensyaratkan hasil ujian nasional yang jujur dan bisa dipertanggung jawabkan jika tes akhir siswa sekolah menengah atas itu ingin dipakai sebagai kriteria penerimaan masuk perguruan tinggi negeri. Kalau syarat itu tercapai, ITB pun hanya akan menggunakannya untuk sebagian kriteria saja. “Ujian nasional tidak bisa dipakai seluruhnya untuk seleksi masuk,” katanya.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Sunaryo Kartadinata menambahkan, ujian nasional dan seleksi memiliki perbedaan arti dan tujuan. Dia meminta agar mutu pembelajaran dalam ujian nasional ditingkatkan. “Lagipula tidak semua siswa ingin masuk perguruan tinggi negeri,” katanya. Pernyataan senada disampaikan rektor Unpad Ganjar Kurnia.
Pemerintah berencana menjadikan hasil ujian nasional sekolah menengah atas sebagai salah satu alat masuk perguruan tinggi negeri. Penerapannya akan dilakukan pada 2012. Namun staf ahli bidang hubungan internasional dan umum Depdiknas Herwindo Haribowo, di Bandung, hari ini mengatakan, kebijakan itu akan dimulai 2010.
Seluruh rektor perguruan tinggi se-Indonesia, katanya, siap menerapkan kebijakan itu. Polemik yang masih berkembang, para rektor belum mempercayai hasil ujian nasional. “Jaminannya tidak ada kecurangan. Minimalnya bisa 1 persen, 10 persen, itu masih dibahas,” katanya di Bandung, Kamis (7/5).
ANWAR SISWADI