Berdasarkan data seismograf di pos pemantau, setiap harinya terjadi gempa tremor sebanyak 221 kali, gempa vulkanik dalam (VB) 36 kali. Bahkan dari pemantau petugas, percikan api dari puncak Gunung Anak Krakatau sering terlihat jelas jika kondisi cuaca di sekitar perairan selat Sunda sedang cerah. Menurut Anton, pos pantau telah melarang wisatawan dan pengunjung agar tidak mendekati Gunung itu hingga radius satu kilometer, “Khawatir terlempar percikan,” ujarnya.
Anton menjelaskan, gunung itu bisa membahayakan, karena saat terjadi letusan, lontaran batu panas bisa keluar dari sumber letusan dengan jarak 30 sampai 50 meter. “Kami minta pengunjung untuk tidak mendekat, apalagi sampai mendaki,” ujarnya.
Pada April 2008 lalu, kata Anton, Gunung Anak Krakatau statusnya pernah meningkat menjadi siaga. Anak Krakatau mengalami peningkatan 24 kejadian gempa vulkanik dalam dan 52 gempa vulkanik dangkal. Peningkatan jumlah gempa vulkanik tersebut, diikuti oleh terekamnya 193 kejadian gempa letusan. “Tapi sejak saat itu belum ada kejadian yang berarti,” katanya.
MABSUTI IBNU MARHAS