TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan ribuan dosis vaksinasi ternak guna mengantisipasi meluasnya kasus antraks yang melanda daerah di Kabupaten Gunungkidul awal pekan ini.
Kasus antraks itu ditemukan di Padukuhan Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu Gunungkidul yang mengakibatkan satu orang kehilangan nyawa dengan status positif antraks dan total 87 orang suspek.
"Untuk antisipasi kasus meluas kami juga gencarkan vaksinasi antraks," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto Kamis 6 Juli 2023.
Sugeng menyebutkan stok vaksin antraks di DIY dipersiapkan sebanyak 2.600 dosis. Sebanyak 366 dosis sudah diaplikasikan untuk 77 ekor sapi dan 289 ekor kambing yang berada di lokasi terpapar kasus antraks di Gunungkidul itu.
"Pengajuan vaksinasi antraks tersebut berdasarkan permintaan dari kabupaten/kota yang bersangkutan," kata dia.
"Kami juga telah mengajukan lagi ke pusat tambahan vaksin dengan adanya kejadian kasus antraks di Gunungkidul ini," kata Sugeng.
Untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks yang tengah terjadi di Gunungkidul, Pemda DIY menyatakan juga telah mengisolasi dan melarang lalu lintas di lokasi penyebaran serta edukasi masyarakat.
"Kami telah melarang keluar masuknya hewan ternak sapi dan kambing sementara waktu di Dusun Jati itu," kata dia.
Menurut Sugeng, upaya pengawasan hewan ternak di Gunungkidul menjadi tantangan tersendiri. Hal ini melihat kondisi Gunungkidul dengan jumlah ternak yang sangat banyak dan kandang yang tidak terpusat di satu tempat.
Sugeng mengungkapkan terdapat 12 ekor ternak terdiri dari enam ekor sapi dan enam ekor kambing yang terkena antraks dan sudah ditangani.
"Kami menjamin tidak ada daging beredar dari hewan ternak yang disinyalir terkena virus antraks sampai saat ini," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setyaningastutie menegaskan penyakit antraks tidak menular dari manusia ke manusia. Tetapi dari hewan ke manusia.
Hal itu ia tegaskan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan penularan penyakit tersebut, terlebih dengan adanya warga yang meninggal dunia usai terpapar antraks.
"Yang perlu digarisbawahi penyakit antraks itu zoonosis, tidak menular dari manusia ke manusia, jadi tidak ada kasus orang kena antraks terus menularkan pada yang lain, tidak," kata dia.
Pembajun menjelaskan antraks kepada manusia bisa menyerang di kulit, pernapasan dan pencernaan.
Jika muncul di kulit biasanya manusia itu bersentuhan dengan baik itu hewan ternak yang positif antraks.
Sedangkan yang menyerang pernapasan, berasal dari spora di dalam hewan ternak yang telah mati karena positif antraks lalu terhirup manusia.
"Kalau antraks pencernaan karena mengonsumsi daging atau apa pun dari ternak yang sudah positif antraks," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: Antraks Gunungkidul Diyakini Berawal dari Tradisi Ini