INFO NASIONAL – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengingatkan seluruh kader agar tak pernah melupakan sejarah atau jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Kader PDI Perjuangan seluruh Indonesia harus meneladani dedikasi Presiden Sukarno untuk negeri ini.
“Bagi Bung Karno, dedication of love bukan hanya slogan, sampai akhirnya diakui dunia sebagai sosok pembebas,” ucap Megawati saat puncak Peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu, 24 Juni 2023.
Pengakuan dunia terlihat pada ketetapan UNESCO yang menempatkan pidato Bung Karno berjudul “To Build the World A New” di Sidang Umum PBB 1960 sebagai Memory of the World.
Dunia juga mengakui peran besar Sukarno yang memperjuangkan kemerdekaan setiap bangsa dari cengkeraman imperialisme, dan terwujud melalui Konferensi Asia Afrika 1955 yang melahirkan Dasa Sila Bandung.
Sosok Sang Proklamator sebagai pembebas tak sebatas kepada kiprah Indonesia di dunia inernasional yang berupaya berdiri sejajar, serta aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa lain dari cengkeraman penjajahan, maupun aktif dalam gerakan non-blok.
Bung Karno juga memiliki perhatian kepada rakyat kecil dan orang miskin. Sikap inilah yang menjadi energi penggerak bagi Bung Karno untuk memperjuangkan serta membela nasib rakyat miskin.
Keberpihakan pada rakyat cilik ini, diceritakan kembali oleh Megawati, saat Bung Karno masih berkuliah di Bandung dan bertemu seorang petani bernama Marhein. Dalam dialog dengan petani Marhein tersebut, Sukarno akhirnya memahami bahwa bangsa ini milik rakyat, akar rumput, yang ingin menikmati kenyaman, keamanan, dan keadilan sehingga bisa menjalani hidup dengan tenang. Tugas para pemimpin adalah memastikan mimpi tersebut terwujud.
“Di tangan Bung Karno, keberpihakan harus selalu ada untuk akar rumput. Kita harus ingat perintah konstitusi bahwa anak-anak miskin dan telantar akan dipelihara negara. Itu yang harus jadi pegangan kita, agar kita kembali meraih kemenangan,” kata Megawati.
Dia juga menyayangkan banyak orang beranggapan Marhein adalah komunis. “Padahal sejatinya itu bapak petani. Makamnya ada di Bandung,” ucap Presiden Indonesia ke-5 ini.
Marhaenisme mempunyai dasar sosiodemokrasi dan sosionasionalisme yang kuat. Sosiodemokrasi berusaha mencapai kesamaan yang berdasarkan gotong royong, sedangkan sosionasionalisme berupaya menanamkan asas kebangsaan yang berkemanusiaan. Tujuannya adalah mengangkat derajat manusia Indonesia dan menentang pengisapan tenaga seseorang oleh orang lain.
“Jadi di tangan Bung Karno, politik bergerak ke bawah, ke rakyat, ke akar rumput. Keberpihakan harus selalu ada untuk akar rumput,” ucap Megawati.
Seluruh kader PDI Perjuangan, terlebih yang kini menjabat sebagai pemimpin baik di pusat maupun daerah, harus meneladani Bung Karno. “Perintah konstitusi bahwa anak2 miskin dan telantar akan dipelihara negara. Itu yang harus jadi pegangan kita, agar kita kembali meraih kemenangan. Indonesia sebuah negara yang kaya raya, cuma belum bergerak bersama. Makanya harus bergerak bersama,” tutur Megawati. (*)