TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki 97 persen nelayan skala kecil, jika dilihat dari ukuran kapal di bawah 10 gros ton (GT). Salah satu daerah unggul di Indonesia turut aktif berkontribusi dalam perikanan tangkap terletak di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur yang setengahnya adalah perempuan.
Peran perempuan tersebut mengelola dan memasarkan produk perikanan dalam setiap tahap budidaya. Selain itu, mereka juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan, melestarikan lingkungan, dan memenuhi gizi keluarga. Meskipun berkontribusi signifikan untuk memperkuat sistem pangan, tetapi kebutuhan dan kontribusi perempuan sering dinomorduakan.
Badan Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memulai proyek bertajuk “Implementasi Pedoman Perikanan Skala Kecil untuk Sistem Pangan dan Mata pencaharian yang Adil Gender dan Tahan Perubahan Iklim” di Banyuwangi sejak Juli 2022. Proyek ini bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan gender dan sistem pangan serta mata pencaharian yang tahan perubahan iklim di komunitas perikanan skala kecil (PSP).
Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal mengakui peran signifikan perempuan PSP sangat penting dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi untuk konsumsi harian. Beragam intervensi telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam PSP dan memperkuat keterlibatannya dalam rantai nilai perikanan, khususnya kegiatan pasca-panen.
"Pemberdayaan perempuan dalam sektor perikanan skala kecil berkontribusi pada pencapaian SDGs. Dengan meningkatkan peran mereka, kita dapat menciptakan perubahan positif untuk mencapai produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik," kata Aryal.
Survei terbaru FAO di Banyuwangi menunjukkan bahwa ada 80 persen perempuan yang tidak terlibat mengambil keputusan penggunaan pendapatan dari kegiatan tersebut. Secara eksplisit, kenyataan tersebut menunjukkan masih adanya ketidakseimbangan peran perempuan dalam ekonomi. Padahal, selama satu tahun proyek berjalan, berbagai kegiatan pendampingan dan pelatihan telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan.
Seorang pemilik gerai ikan bakar kecil di desa pesisir Blimbingsari, Retno Setyowati mengungkapkan bahwa berbagai pelatihan telah memungkinkan dirinya dan kelompoknya untuk belajar cara mengemas ikan bakar dan memproduksi sambal dalam botol sehingga memperluas jangkauan pasar.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan di KKP, Machmud juga angkat suara mengenai hal ini. Ia menyatakan bahwa kondisi ini juga menunjukkan adanya kesetaraan gender dan inklusivitas mengambil keputusan.
"Peran perempuan dalam kehidupan pesisir tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, tetapi juga mencerminkan kesetaraan gender dan pentingnya inklusi dalam mengambil keputusan," kata Machmud pada 18 Juni 2023.
Kerja sama FAO - KKP beserta Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi, menyelenggarakan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan pentingnya konsumsi ikan dan dampaknya terhadap gizi kepada masyarakat lokal dan generasi muda. Acara tersebut mencakup berbagai kegiatan, seperti talk show, kompetisi menggambar, demomemasak ikan, dan pameran mini.
"Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perempuan dalam perikanan skala kecil dan ikan untuk gizi di kalangan masyarakat lokal, termasuk generasi muda dan berbagai pemangku kepentingan," kata Alief Rachman Kartiono, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi.
Mendorong Kesadaran Publik tentang Peran Perempuan dalam PSP
Kerja sama FAO dan KKP beserta Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi melangsungkan acara tersebut untuk mengenalkan pentingnya konsumsi ikan dan dampaknya terhadap gizi kepada masyarakat lokal dan generasi muda. Adapun, kegiatan dalam acara tersebut meliputi berbagai kegiatan, seperti talk show, kompetisi menggambar, demo masak ikan, dan pameran mini.
Acara ini merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal, termasuk generasi muda. Selain itu, acara ini juga bertujuan agar pemangku kebijakan mengakui pentingnya peran perempuan PSP dalam menjamin produksi, gizi, lingkungan, dan kualitas hidup lebih baik demi sistem pangan Indonesia sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 1 (tanpa kemiskinan), SDG 2 (tidak memiliki rawan pangan), dan SDG 5 (kesetaraan gender).
Pilihan Editor: Berantas IUU Fishing, Pertemuan FAO - PSMA Keempat Sepakati Bali Strategy