TEMPO Interaktif, Surabaya: Merebaknya isu flu babi tak mempengaruhi pelanggan depot babi guling di Surabaya. " Jumlah yang datang tetap seperti biasa, tidak berkurang" kata Ni Ketut Darmi, pemilik depot Babi Guling di Jalan Joyoboyo Surabaya, Rabu (29/4). Pelanggannya oang-orang keturunan Tonghoa, Manado, dan Bali.
Wanita asal Bali ini mengatakan, pelanggan yang datang ke depot miliknya tiap hari berjumlah dua puluh hingga empat puluh orang. Jumlah ini tetap bertahan meski flu babi ramai dibicarakan. Penurunan jumlah pelanggan, lanjut dia, justru terjadi saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak beberapa tahun lalu.
Dia yakin, daging babi tetap aman dikonsumsi asal dimasak hingga matang. Daging babi memang banyak mengandung banyak cacing, namun dia percaya cacing itu mati saat pemasakan dagingnya sempurna. "Dari kecil saya makan babi, tidak masalah," ujar dia.
Pelanggan babi guling, kata dia, juga tak terpengaruh dengan adanya kabar merebaknya babi guling. Biasanya, mereka banyak datang saat makan siang. Kebanyakan mereka berasal dari warga keturunan Tionghoa dan orang-orang Manado serta Bali yang tinggal di Surabaya.
ANANG ZAKARIA