TEMPO.CO, Jakarta - Tan Malaka, yang memiliki nama lengkap Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka, adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir dan pejuang kemerdekaan yang berperan dalam pergerakan nasional.
Kelahiran Tan Malaka
Kelahirannya pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, merupakan momen penting dalam perjalanan hidup Tan Malaka yang penuh dengan perjuangan dan dedikasi.
Tan Malaka dilahirkan dari orang tua bernama Rasad Caniago dan Sinah Sinabur. Saat masih remaja, Tan Malaka menjalani masa sekolah di Kweekschool, sebuah sekolah guru negara di Fort de Knock. Pada tahun 1913, ia melanjutkan pendidikannya ke Rijkskweekschool, yaitu sekolah pendidikan guru pemerintah di Belanda.
Sebagai seorang tokoh revolusioner, Tan Malaka terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan aktivisme. Ia menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan terlibat dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Akan tetapi, pandangannya yang kritis terhadap komunisme Soviet menyebabkan dia keluar dari PKI pada 1921 dan mendirikan Partai Republik Indonesia (PARINDO).
Pemikiran Tan Malaka sangat dipengaruhi oleh perjuangan rakyat dan semangat nasionalisme. Dia menekankan pentingnya perjuangan rakyat dalam mencapai kemerdekaan dan keadilan sosial. Pemikiran dan ide-idenya tentang demokrasi sosial dan anti-imperialisme sangat dihormati oleh tokoh-tokoh seperti Sukarno dan Mohammad Hatta.
Peninggalan bersejarah
Salah satu bangunan bersejarah yang terkait dengan Tan Malaka adalah rumah tempat dia dilahirkan di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat. Sayangnya, warisan Tan Malaka tidak mendapatkan perhatian yang layak.
Banyak bangunan bersejarah di Sumatera Barat, termasuk rumah kelahirannya, tidak terawat dengan baik, seperti yang diungkapkan dalam artikel Koran Tempo.
Kurangnya perhatian terhadap warisan sejarah ini dapat menyebabkan kehilangan informasi dan jejak penting dari perjuangan Tan Malaka dan pergerakan kemerdekaan.
Pemerintah dan pihak terkait perlu memberikan perhatian lebih untuk mempertahankan dan memulihkan nilai sejarah dari bangunan ini, sebagai penghargaan terhadap perjuangan Tan Malaka.
Di sisi lain, peran dan pemikiran Tan Malaka juga diabadikan melalui napak tilas yang dilakukan oleh berbagai kelompok dan individu yang tertarik dengan sejarah Indonesia.
Napak tilas ini meliputi kunjungan ke tempat-tempat yang berhubungan dengan kehidupan dan perjuangan Tan Malaka, termasuk tempat kelahirannya di Sumatera Barat. Melalui napak tilas ini, kita dapat lebih memahami perjalanan hidup dan pengaruh Tan Malaka terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Walaupun Tan Malaka tidak pernah menjadi presiden atau menduduki posisi pemerintahan yang tinggi, warisannya dalam pemikiran politik dan perjuangan untuk kemerdekaan tetap berharga. Pemikirannya yang berfokus pada keadilan sosial dan perjuangan rakyat masih relevan hingga saat ini. Melalui pemahaman terhadap pemikirannya, kita dapat memperkuat semangat persatuan dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan keadilan yang dia wariskan kepada kita.
Pilihan Editor: Mengenang Tan Malaka Bapak Republik Indonesia, Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.