TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Tegal memberikan penangguhan penahanan terhadap sopir dan kernet bus terguling di Guci, Jawa Tengah, yang menjadi tersangka dalam peristiwa maut 7 Mei 2023. Dalam peristiwa itu, puluhan orang luka dan dua meninggal.
Kepala Seksi Humas Polres Tegal Inspektur Polisi Dua Untung Heru Santoso mengatakan, penangguhan penahanan terhadap dua tersangka, sopir bus bernama Romyani dan kernet Andri Yulianto, didasarkan atas permohonan keluarga melalui kuasa hukum dan pertimbangan penyidik. Penahanan keduanya ditangguhkan terhitung Selasa, 23 Mei 2023.
Baca juga:
“Pertimbangan pertama, dalam proses penyidikan bersikap kooperatif, tidak berbelit-belit,” kata Untung saat dihubungi, Rabu, 24 Mei 2023.
Kemudian, tersangka berjanji mematuhi dan menjalani proses hukum yang berjalan dan siap dihadirkan jika dibutuhkan untuk pemeriksaan tambahan. Pertimbangan ketiga, kata Untung, keluarganya akan mematuhi proses hukum yang berlaku dan akan kooperatif apabila masih dibutuhkan kehadirannya.
“Pertimbangan lain karena yang bersangkutan merupakan tulang punggung bagi keluarganya dan belum pernah melakukan tindak pidana lainnya,” kata Untung.
Ia menjelaskan keluarga masing-masing tersangka menjadi penjaminnya. Selain itu, tersangka juga wajib hadir apabila dibutuhkan untuk pemeriksaan tambahan.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Tegal menetapkan sopir bus dan kernetnya sebagai tersangka kelalaian mengakibatkan kecelakaan bus masuk sungai di tempat wisata Guci, Tegal, Jawa Tengah.
Kapolres Tegal Ajun Komisaris Besar Polisi Muhammad Sajarod mengatakan penetapan tersangka ini dilakukan setelah gelar perkara pada Rabu, 10 Mei 2023. “Kami sudah menetapkan keduanya sebagai tersangka tadi pagi (11 Mei 2023),” kata Sajarod saat dihubungi, Kamis, 11 Mei 2023.
Polres Tegal menetapkan keduanya tersangka karena mereka lalai dengan meninggalkan ruang kemudi bus. Padahal, ruang kemudi itu menjadi tanggung jawab sopir dan kernet.
“Peristiwa itu tidak akan pernah terjadi apabila ada seseorang yang ada di ruang kemudi yang sudah menjadi tanggung jawab daripada sopir,” kata dia.
Menurut Sajarod, kondisi bus sebelum kecelakaan dalam kondisi menyala dan ada penumpang. Sehingga, gas dalam posisi aktif. Ia mengatakan keduanya dijerat dengan Pasal 359 KUHP Tentang Kealpaan yang Menyebabkan Kematian dengan hukuman paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling rendah satu tahun.
Pilihan Editor: Ini Agenda Presiden Iran di Indonesia: Bertemu Jokowi di Bogor sampai Kunjungi Istiqlal