TEMPO.CO, Jakarta - Soerasti Karma Trimoerti atau lebih dikenal dengan SK Trimurti merupakan seorang wartawan dengan tulisan yang tajam sebelum ia menjadi Menteri Tenaga Kerja pertama di negeri ini. Tulisannyalah yang membuat ia dicurigai pemerintah Belanda.
Dilansir melalui Jurnal S. K. Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia, baginya pers merupakan senjata ampuh untuk mengobarkan semangat kemerdekaan dari tekanan para penjajah. Walau surat kabarnya berulang kali gulung tikar, ia tetap berjuang.
Terlahir di keluarga dengan posisi perempuan yang sangat dibatasi, membuatnya menentang posisi ini dengan keras. Trimurti merupakan perwujudan kesadaran perempuan di ranah politik, tidak melulu di ranah domestik.
Perempuan kelahiran Boyolali, 11 Mei 1912 ini terhitung masih abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Ia merupakan lulusan dari Sekolah Ongko Loro atas kehendak ayahnya dengan melanjutkan ke sekolah guru perempuan yang masa studinya selama 4 tahun.
Pada masanya, perempuan dianggap tabu mengikuti aktivitas politik maupun organisasi yang kebanyakan dilakukan oleh laki-laki. Ia tidak setuju dengan ini setelah ia dewasa, karena baginya perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk memajukan dirinya. Sembari mengajar, ia aktif menajdi anggota Rukun Wanita yang sering mengikuti rapat-rapat yang diadakan oleh Budi Utomo cabang Banyumas.
Ia merupakan perempuan muda yang haus akan nilai dan semangat perjuangan. Ia terinspirasi dari pidato Soekarno yang mengatakan bangsa Indonesia harus mulai bergegas untuk menerapkan anti imperialisme dan anti kolonialisme. Yang akhirnya membuat tekadnya untuk melepas status guru dan bergabung dengan Partindo cabang Bandung, keputusan ini merupakan keputusan yang ditentang oleh keluarganya. Namun, dari sinilah dia belajar tentang politik dan perjuangan.
SK Trimurti adalah saksi diadakannya rapat BPUPKI dan desakan kaum muda untuk memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Juga ikut menyebarkan berita kemerdekaan ke daerah-daerah, ia juga menjadi anggota KNIP yang membantu pekerjaan presiden sebelum terbentuk DPR MPR. Suasana peralihan kekuasaan Indonesia saat itu tidak berjalan mulus dan mengalami sendiri pertempuran antara prajurit Jepang dan rakyat Indonesia di Semarang.
SK Trimurti masih terus menulis di tengah perjuangannya. Ini yang mengilhami Aliansi Jurnalis Independen (AJI )mengabadikan namanya sebagai anugerah penghargaan dengan nama SK Trimurti Award untuk mengabadikan dan melestarikan semangat dan prinsip perjuangan SK Trimurti kepada aktivis perempuan dan jurnalis perempuan. Ia meninggal pada 20 Mei 2008.
Pilihan Editor: SK Trimurti Menteri Tenaga Kerja Pertama Indonesia 1947 - 1948, Begini Profilnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.