TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu lini massa dihebohkan dengan tata cara salat Idul Fitri 1444 Hijriah oleh jemaah Yayasan Pendidikan Al Zaytun. Pasalnya, dalam barisan atau saf terlihat jemaah di Ponpes Alzaytun, pria dan wanita bercampur. Dokumentasi itu diunggah akun Instagram @kepanitiaanalzaytun pada 22 April 2023.
Pendiri Ponpes Al Zaytun yang terletak di Indramayu, Jawa Barat itu, Panji Gumilang mengatakan praktik tersebut bermazab kepada Presiden Pertama RI Sukarno atau Bung Karno. Menurutnya, jemaah perempuan dibebaskan untuk mengambil saf depan di belakang imam salat. Sehingga hal tersebut tergantung kepada mereka salat di barisan mana.
Lantas apa itu Mazab Bung Karno?
Menurut Panji Gumilang, ajaran itu didapat dari membaca buku Bung Karno yakni Di Bawah Bendera Revolusi. Dalam buku tersebut terdapat kisah Bung Karno memprotes penerapan tabir atau penutup antara jemaah laki-laki dan perempuan oleh Muhammadiyah, ormas yang diikuti olehnya. Bung Karno memandang tabir sebagai praktik perbudakan sehingga harus dihapuskan.
Menurut Panji, Bung Karno sempat mengancam akan keluar dari Muhammadiyah jika terus menerapkan penggunaan tabir sebagai penghalang. Protes itu Bung Karno sampaikan saat Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan dalam sebuah tulisan. “Saat kongres ke-28 di Medan, (Bung Karno) menulis tentang itu. Akhirnya menjadi ketetapan bahwa tabir tak harus dijalankan, baik itu pertemuan atau di salat,” kata Panji.
Tak hanya menerapkan aturan perempuan bisa berdampingan dengan lelaki saat salat, dan bahkan terkadang berada di saf depan, Panji mengatakan ponpesnya akan menampilkan perempuan untuk menjadi khatib pada salat Jumat. Panji bahkan menceritakan percakapan imajinernya dengan Bung Karno terkait aturan itu. Dalam percakapannya, dia mengaku ditegur Bung Karno karena mengambil langkah tersebut.
Panji pun menjawab, “Bung mengatakan agama itu adalah rasional. Siapa yang tidak rasional bukan beragama. Bung ingat bahwa Bung mengucapkan merdeka. Aku tambah merdeka ruh, merdeka pikir,” kata Panji.
Sementara itu, dikutip dari Antara, Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj (SAS) Institute Abi Rekso mengimbau masyarakat muslim untuk tidak mudah terhasut dengan isu-isu terkait syariat Islam mazhab Bung Karno. Bagi Abi Rekso, kesan kontroversi itu sengaja diciptakan dengan menggunakan pendekatan intelijen politik tertentu.
“Dengan menyatakan bahwa aturan saf salat dicampur mengacu pada mazhab Bung Karno, ini juga keliru, bahkan cenderung sesat,” kata Abi dalam keterangannya, Selasa, 2 Mei 2023.
Terkait pernyataan Panji Gumilang soal mazab Bung Karno, Abi menegaskan hal itu perlu diluruskan. Pasalnya bisa menjadi hal sensitif bagi kaum muslimin di Tanah Air. Menurut Abi, Bung Karno dalam ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ tidak pernah membahas terkait tata cara dan syariat salat. Selain itu, Islam hanya mengenal empat mazab yaitu Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Maliki, dan Imam Hambali.
“Jadi, tidak ada itu syariat Islam mazab Bung Karno, itu pernyataan sesat. Pernyataan Saudara Panji ini berpotensi menghasut umat Islam di Indonesia,” kata Abi Rekso.
Pilihan Editor: Kontroversi Ponpes Al Zaytun, Ini Profil Panji Gumilang Pencetus Mazab Bung Karno
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.