Peristiwa penembakan pada 1962 itu menjadi menjadi satu diantara sekian percobaan pembunuhan yang pernah dialami Bung Karno. Beberapa percobaan pembunuhan lainnya yang menyasar pahlawan proklamasi tersebut adalah Peristiwa Cikini 1957, Serangan Granat Cimanggis 1964, hingga Serangan Rajamandala 1960.
Apa Itu DI/TII
Melansir dari jurnal Universitas Sriwijaya berjudul “Pengembangan Wall Chart Sejarah Pemberontakan DI/TII Jawa Barat”, Gerakan Darul Islam (DI) didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewrjo pada tanggal 7 Agustus 1949 M/ 1368 H di Desa Cisampang, Kecamatan Cilugar, Jawa Barat. Gerakan ini menjadi awal pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosoewiryo dan para pengikutnya.
Pemberontakan ini memberikan dampak buruk bagi bangsa maupun masyarakat lokal khususnya Jawa Barat. Mengetahui hal tersebut, Pemerintah kemudian melakukan upaya untuk menghadang kelompok tersebut dengan mengirim pasukan militer yang kuat karena Kartosoewiryo memiliki pengikut yang terbilang banyak.
Hasil Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 menjadi salah satu motif munculnya gerakan Darul Islam. Kelompok Islam (Darul Islam) tidak puas dengan hasil perundingan tersebut sehingga memicu perang saudara dengan kelompok nasionalis.
Pemerintah melakukan upaya guna menumpas pemberontakan DI/TII yang dipimpin Kartosoewiryo. Terdapat pertempuran senjata pertama antara TNI dengan DI/TII pada 25 Januari 1949 saat pasukan Divisi Siliwangi melakukan Long March menuju Jawa Tengah.
Pemerintah melakukan upaya tegas dengan cara fisik pada 8 Desember 1950, Komandan Divisi Siliwangi mengeluarkan Peraturan Panglima Teritorium III Jawa Barat yang menggolongkan DI/TII sebagai organisasi terlarang. Keseriusan penumpasan DI/TII terjadi pada 1957 ketika Jendral Mayor A.H. Nasution membuat perencanaan operasi anti DI/TII yang dikenal dengan “Rencana Dasar 21”. Gerakan isolasi total terus berkembang dan setelah disempurnakan dikenal dengan “Operasi Pagar Betis”.
Berlanjut pada 1960, Kodam VI Siliwangi mulai melakukan usaha penumpasan gerombolan DI/TII secara intensif. Dengan operasi pagar betis yang mengikutsertakan gerakan DI/TII pada 1962, Kartosoewiryo selaku pimpinan tertinggi berhasil ditangkap. Pasca ditangkap, Kartosoewiryo dijatuhi hukuman mati.
TIM TEMPO | EJOURNAL UNSRI
Pilihan editor : Kilas Balik Perjanjian Roem Roijen 74 Tahun Lalu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.