Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

4 Fakta Unik Suku Bajo, Suku Penjelajah Lautan di Kepulauan Nusantara

image-gnews
Sejumlah anak suku Bajo berangkat kesekolah menggunakan perahu sampan untuk menyeberangi pulau di Pulau Papan, Desa Kadoa, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, (13/5). TEMPO/Fahmi Ali
Sejumlah anak suku Bajo berangkat kesekolah menggunakan perahu sampan untuk menyeberangi pulau di Pulau Papan, Desa Kadoa, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, (13/5). TEMPO/Fahmi Ali
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Manusia dikenal sebagai makhluk yang pandai beradaptasi dengan lingkungan. Dengan menggunakan akalnya, manusia hidup meyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bagi orang-orang yang tinggal di lautan dan pesisir seperti Suku Bajo, mereka mengetahui banyak hal tentang laut.

Suku Bajo adalah sebuah kelompok etnis yang tersebar di wilayah-wilayah pesisir di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Brunei. Seperti dilansir dari laman ditsmp.kemdikbud.go.id, Suku Bajo dikenal sebagai orang yang terampil dalam berenang dan menyelam, serta memiliki keahlian dalam memancing dan mengumpulkan bahan makanan dari laut. Selain itu, mereka juga memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik, sehingga menarik untuk dipelajari lebih lanjut.

Bajo adalah salah satu kelompok etnis minoritas yang terkena dampak dari pembangunan ekonomi dan perubahan lingkungan. Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah Bajo yang tinggal di wilayah pesisir mengalami penurunan drastis akibat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang mengakibatkan penurunan populasi ikan. Selain itu, pemerintah di beberapa negara juga mengimplementasikan kebijakan yang merugikan hak-hak dan keberlangsungan hidup Bajo, seperti penghapusan kebebasan berlayar dan mengumpulkan bahan makanan di laut.

Namun demikian, keunikan kebudayaan dan keahlian Bajo dalam memanfaatkan sumber daya laut yang ada menjadi sebuah potensi bagi pengembangan ekonomi lokal dan pariwisata. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa daerah di Indonesia, seperti Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan Togean di Sulawesi Tengah, yang mengembangkan wisata bahari yang berfokus pada kegiatan snorkeling dan menyelam. Kegiatan ini memberikan manfaat ekonomi dan membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu memberikan perhatian khusus terhadap kelompok etnis Bajo dan mempertahankan kebudayaan mereka, serta memanfaatkan potensi yang ada untuk pengembangan ekonomi dan pariwisata lokal. Dalam hal ini, kebijakan yang dibuat perlu memperhatikan hak-hak dan kebutuhan masyarakat Bajo, sehingga dapat mendukung keberlangsungan hidup mereka dan memperkuat daya saing ekonomi lokal.

Namun demikian, seperti dilansir dari laman indonesiakaya.com, kehidupan Suku Bajo yang terkenal hidup berpindah-pindah atau nomaden, sekarang tidak se-nomaden pendahulunya. Saat ini banyak anggota Suku Bajo yang telah menetap di salah satu lokasi, salah satunya yakni di kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean. 

Meskipun demikian, selain informasi yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa informasi lain mengenai Suku Bajo yang tidak diketahui oleh orang awam. Dilansir dari laman authentic-indonesia.com, berikut deretan fakta tentang Suku Bajo.

1. Asal Suku Bajo

Berdasarkan catatan sejarah, Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu yang merupakan bagian dari wilayah Filipina Selatan. Namun demikian, karena pola hidup Suku Bajo yang nomaden dengan hidup berpindah-pindah, sehingga membuat Suku Bajo memasuki wilayah Indonesia, salah satu ekspedisi pertama Suku Bajo di Indonesia, yakni dengan mendatangi Pulau Sulawesi yang dilakukan ratusan tahun lalu. 

2. Perahu

Pola hidupnya yang berpindah dari satu pulau ke pulau lain, membuat Suku Bajo memiliki perahu sebagai alat transportasi utama mereka. Selain sebagai alat transportasi, perahu tersebut juga menjadi rumah utama mereka, sehingga sejatinya Suku Bajo selalu membawa rumah mereka ketika menjelajah. Akibat gaya hidup nomaden di lautan tersebut, Suku Bajo dijuluki sebagai The Sea Gypsies.

3. Penyelam Handal

Suku Bajo yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut memiliki keterkaitan yang erat dengan aktivitas air, salah satunya menyelam. Aktivitas tersebut dilakukan oleh orang-orang Suku Bajo sebagai mata pencaharian mereka seperti menangkap ikan, karena sifatnya sebagai mata pencaharian utama, hal tersebut menyebabkan kemampuan orang-orang Suku Bajo dalam menyelam berada di atas manusia pada umumnya. Bahkan karena keseringan menyelam, hal tersebut membuat kapasitas paru-paru orang-orang Suku Bajo dapat menampung oksigen lebih banyak daripada orang pada umumnya, sehingga orang-orang Suku Bajo dapat menyelam lebih lama. 

4. Jadi Inspirasi Karya Seni Film 

Keunikan gaya hidup Suku Bajo menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk James Cameron, sutradara film terkenal di Amerika Serikat. Saat menggarap film Avatar 2: The Way of Water, James mengaku terinspirasi kehidupan Suku Bajo saat membuat karakter Klan Metkayina, para penghuni lautan Pandora.  

"Terdapat orang laut di Indonesia yang hidup di atas rumah panggung dan tinggal di rakit dan lainnya. Kami melihat hal-hal seperti itu," kata James Cameron dikutip dari kanal YouTube National Geographic yang diunggah pada Sabtu, 17 Desember 2022.

Pilihan Editor: Ini Kisah Marjuki, Anak Suku Bajo Peraih Emas di SEA Games 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

6 hari lalu

Perayaan adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman pada 1-3 Mei 2024. Dok. istimewa
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.


Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

9 hari lalu

Pengunjung bersantai di salah satu pantai di Nusa Dua, Bali, pada libur Lebaran 2024 (Dok. ITDC)
Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.


Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

21 hari lalu

Kapal kajang terparkir di Sungai Mahat Gunung Malintang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra barat. Kapal ini disiapkan untuk perhelatan Alek Bakajang pada 13-17 April 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

24 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

24 hari lalu

Penari Seblang mengenakan omprok (hiasan kepala) dari janur, daun pisang muda, dan hiasan bunga segar untuk menutup kepala dan wajah. Tradisi ini digelar 15-21 April 2024 (Diskominfo Kabupaten Banyuwangi)
Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.


Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

24 hari lalu

Gunungan sayur-mayur dan ketupat menjadi bagian dari rangkaian acara Bakdo Sapi yang diadakan di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 17 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan


Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

30 hari lalu

Lebaran Topat di Lombok Barat 2023 (dok. Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024


Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

32 hari lalu

Warga Saudi menyambut penetapan Hari Raya Idul Fitri pada hari Selasa dengan antusias.[Saudi Gazette]
Berbagai Tradisi Lebaran di Luar Negeri, dari Arab Saudi hingga Senegal

Setiap negara punya tradisi unik dalam merayakan hari raya Idulfitri atau Lebaran. Di Indonesia, Lebaran dirayakan pada 10 April 2024.


8 Olahraga Saat Berpuasa Ini Ramadan Friendly, Mau Coba yang Mana?

42 hari lalu

Ilustrasi Kegiatan Bersepeda/Brompton
8 Olahraga Saat Berpuasa Ini Ramadan Friendly, Mau Coba yang Mana?

Meskipun sedang berpuasa Ramadan, beberapa latihan fisik ini disarankan dapat dilakukan dengan optimal. Apa saja?


Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

45 hari lalu

Sejumlah pemuda memukul bekas tong plastik sambil menyanyikan lagu-lagu religi saat berkeliling pemukiman untuk membangunkan sahur di Balakong, Malaysia, 26 Maret 2023. Sejumlah pemuda berkeliling pemukiman warga sembari memainkan musik dengan bekas tong plastik dan menyanyikan lagu religi untuk membangunkan sahur pada bulan Ramadan. REUTERS/Hasnoor Hussain
Asal-Usul Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Asal-usul tradisi membangunkan sahur di Indonesia diyakini telah eksis sejak Islam masuk ke Tanah Air dan memiliki sebutan berbeda di setiap daerah.