TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) kembali mengeluarkan survei tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Direktur IPI Burhanuddin Muhtadi mengatakan secara umum masyarakat Indonesia puas dengan kinerja Jokowi.
Burhanuddin menyebut sebanyak 62,7 persen responden mengatakan cukup puas dan 15,8 persen mengatakan sangat puas. Sementara itu, kata dia, responden yang merasa kurang puas sebanyak 19,2 persen sedangkan yang menyebut sangat tidak puas hanya 1,1 persen.
“Sementara itu approval rating Presiden Jokowi pada April 2023 merupakan yang tertinggi sebanyak 78,5 persen,” kata Burhanuddin pada Ahad 30 April 2023.
Survei ini dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 11-17 April 2023. Mereka melakukan wawancara tatap muka terhadap 1.220 responden berusia lebih dari 17 tahun yang dipilih melalui metode acak bertahap atau multistage random sampling.
Indikator mengklaim survei ini memiliki toleransi sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Jokowi dianggap suka memberi bantuan kepada masyarakat
Burhanuddin Muhtadi mengatakan terdapat beberapa faktor yang membuat masyarakat merasa puas dengan kepemimpinan Jokowi. Salah satunya, ia menyebut masyarakat menilai presiden suka memberi bantuan kepada rakyat.
“Mungkin bagi sebagian kelompok masyarakat menengah, Presiden Jokowi kerap muncul seperti sinterklas bagi-bagi di jalan. Mungkin agak terkesan kurang positif, tapi hal itu buat masyarakat kebanyakan justru kelebihan Presiden Jokowi,” ujarnya.
Pembangunan infrastruktur dan sosok yang merakyat
Faktor lainnya yang membuat masyarakat memberikan penilaian positif, menurut Burhanuddin, adalah soal pembangunan infrastruktur. Selain itu, masyarakat juga menilai Presiden Jokowi sebagai sosok yang merakyat.
Sebanyak 21,8 persen responden menyebut infrastruktur dan 6,8 persen menyebut sosok merakyat sebagai faktor yang membuat mereka puas terhadap kinerja Jokowi.
“Terkait infrastruktur, sebelum pandemi jadi faktor tertinggi. Setelah pandemi, jadi turun kalah sama suka memberikan bantuan,” ujarnya.
Meski begitu, Burhanuddin menyebut aksi bagi-bagi bantuan sosial saat kunjungan kerja bisa menjadi pisau bermata dua bagi Jokowi. Sebab, ujar dia, sebanyak 29,5 persen responden menyebut bantuan yang tidak merata menjadi faktor penyebab ketidakpuasan tertinggi masyarakat.
“Sementara itu faktor lain seperti tingginya harga kebutuhan pokok (24,9 persen) dan lapangan kerja (10,6 persen) menjadi faktor tertinggi berikutnya,” kata Burhanuddin.