INFO NASIONAL – Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan bahwa budaya Islam Indonesia yang berkembang saat ini sudah sesuai dengan ajaran Islam. Selama pakaian dan budaya Indonesia sesuai dengan inti ajaran Islam, hal itu sudah cukup dan masyarakat Indonesia tidak harus meniru atau mempraktikkan tradisi berpakaian bangsa lain.
‘’Islam wasathiyyah yang harus menjadi ciri khas bangsa Indonesia mengajarkan penganutnya bersikap moderat dalam segala bidang, termasuk dalam berpakaian. Washatiyyah berarti di tengah, moderat,’’ jelas Mahfud saat tampil sebagai penceramah dalam peringatan Nuzulul Quran yang dilaksanakan oleh DPP PDI Perjuangan di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa, 11 April 2023.
Umat Islam di Indonesia, ia melanjutkan, harus pandai menangkap api Islam seperti yang dijelaskan oleh Bung Karno. Api Islam adalah inti ajaran agama yang dibawa Rasulullah Muhammad, misalnya ajaran tentang keadilan, kedermawanan, gotong royong, atau keadilan sosial.
‘’Jadi, bukan tradisi orang Arab itu yang kita ambil dan praktikkan, misalnya menggunakan gamis atau cadar, tapi bagaimana inti ajaran Islam kita laksanakan dengan baik. Banyak tokoh-tokoh perempuan Islam Indonesia di masa lalu juga hanya menggunakan kerudung, bukan jilbab seperti yang populer digunakan saat ini. Tentu saja saya tidak mengatakan mengambil tradisi Arab dilarang, tapi sekali lagi, mari kita cerdas mengambil inti ajaran Islam,’’ tutur Mahfud.
Dia memberi contoh, ada seorang perempuan yuniornya di organisasi mengajaknya untuk berfoto bersama. Perempuan itu mengenakan cadar. Usai berfoto bersama, Mahfud bertanya jika dia menggunakan cadar saat berfoto, siapa yang tahu bahwa di balik cadar itu adalah dirinya.
‘’Dia tidak bisa menjawab. Masa dia bercadar tapi berfoto dengan saya. Lha, orang lain akan bertanya siapa yang di balik cadar itu?’’ kata Mahfud.
Mantan Ketua MK itu menambahkan, sikap wasathiyyah ditunjukkan oleh Allah sendiri saat berkomunikasi dalam Al Quran. Kepada umat Islam, Allah menamakan dirinya Allah, sedangkan kepada umat manusia Allah menyebut diri-Nya Rabb yang berarti Tuhan. Inilah bentuk toleransi Allah kepada para hamba-Nya. ‘’Pancasila juga mengakui kebebasan setiap manusia, tapi kebebasan mereka dibatasi oleh orang lain. Makanya Pancasila menyebutnya keadilan sosial. Inilah wasathiyyah.”
Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menegaskan, setiap tahun partainya memperingati nuzulul Quran sebagai manifestasi dari ajaran Bung Karno bahwa setiap bangsa Indonesia hendaknya bertuhan dan menjalankan perintah Tuhan secara leluasa sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaannya masing-masing. Amanat itu disampaikan Bung Karno dalam pidato kelahiran Pancasila 1 Juni 1945.
Menurut Ahmad Basarah, tradisi peringatan nuzulul Quran sudah dilaksanakan oleh Bung Karno di Istana Negara sejak 1958 lalu. Saat itu, Bung Karno sendiri tampil sebagai penceramah, dihadiri sejumlah menteri dan duta besar negara-negara sahabat. Bung Karno saat itu menyampaikan ceramah tentang betapa pentingnya ajaran tauhid diresapi oleh semua umat Islam di Indonesia.
‘’Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 berpesan agar setiap pemeluk agama menjalankan agamanya dengan tanpa egoisme. Artinya, setiap bangsa Indonesia menjalankan perintah agamanya dengan baik tanpa menyalahkan keyakinan dan kepercayaan orang lain serta hidup saling hormat menghormati satu sama lainnya,’’ kata Ahmad Basarah.
Sementara itu, Ketua Umum PP Baitul Muslimin Indonesia, Hamka Haq, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tradisi nuzulul Quran dilaksanakan PDI Perjuangan berangkat dari keyakinan bahwa ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa harus terus dijaga. Tanpa ketakwaan yang diresapi, masyarakat Indonesia dikhawatirkan akan teralienasi dari ideologi mereka sendiri yang mengajarkan kebertuhanan.
Acara Nuzulul Qur’an itu dihadiri lewat saluran Zoom oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Puan Maharani dan kader partai dari seluruh Indonesia serta sekitar 500 orang jamaah yang hadir langsung di Masjid At Taufiq Lenteng Agung Jakarta Selatan. (*)