INFO NASIONAL - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto, turut berduka dan prihatin atas musibah kebakaran depo BBM Pertamina, Plumpang, Jakarta Utara. Dalam kondisi darurat seperti ini Mulyanto meminta Pertamina fokus mengatasi kebakaran dan menangani korban dengan baik.
Meski dalam kondisi darurat, ia berharap Pertamina tetap dapat menyediakan pasokan BBM bagi masyarakat. Mulyanto yakin Pertamina memiliki rencana kerja cadangan (contigency plan) yang memungkinkan pelayanan pengadaan BBM tetap berjalan, meskipun terjadi musibah kebakaran di depo Plumpang.
Baca Juga:
"Pertamina perlu mengambil langkah untuk menutupi kekurangan pasokan distribusi BBM dan gas di wilayah Jabodetabek agar kegiatan ekonomi masyarakat lainnya tidak terganggu," kata Mulyanto.
Ia pun meminta semua pihak untuk memberikan kesempatan kepada Pertamina menyelesaikan masalah kebakaran ini. Menurutnya, hal ini lebih penting karena menyangkut keamanan dan keselamatan orang-orang yang ada di kawasan depo dan lingkungan masyarakat sekitar.
"Kita jangan berpolemik dulu tentang penyebab kebakaran. Masalah itu bisa kita bicarakan setelah kebakaran diselesaikan dan penanganan korban sudah dituntaskan," ujar Mulyanto.
Untuk mencegah kejadian serupa Mulyanto minta Pertamina segera melakukan audit keamanan di semua depo dan kilang BBM. Sebab, menurut Mulyanto, kebakaran di depo dan kilang BBM Pertamina termasuk sering terjadi.
Karena itu proses pemeriksaan dan pengawasan perlu ditingkatkan. Apalagi kondisi cuaca saat ini sering hujan disertai kilat dan petir, sehingga bisa menyebabkan kebakaran di kilang-kilang minyak.
"Pertamina harus sungguh-sungguh melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi setiap depo dan kilang yang dimiliki sehingga dapat dilakukan mitigasi dan pencegahan di masa-masa mendatang," kata Mulyanto.
Ia juga meminta pemeriksaan depo dan kilang BBM dilakukan secara berkala. Bagi fasilitas depo dan kilang BBM yang sudah tua harus diaudit secara komprehensif.
"Langkah mitigasi dan pencegahan yang diambil dari kasus sebelumnya menjadi penting. Ini harus menjadi perhatian serius pertamina," ujar Mulyanto. (*)