TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio meyakini pertemuan Presiden Joko Widodo alias Jokowi dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Negara pada Kamis lalu, 26 Januari 2022, membahas soal Anies Baswedan. Hendri menilai pertemuan ini bertujuan untuk meluruskan kesalahpahaman dan komunikasi yang selama ini terganggu.
"Kelihatannya ada miskomunikasi," kata pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi Dan Kajian Opini Publik Indonesia) ini, dalam keterangan kepada Tempo, Ahad, 29 Januari 2022.
Anies Baswedan merupakan calon presiden yang diusung oleh Partai NasDem. Deklarasi yang dilakukan NasDem pada awal Oktober 2022 kemudian menjadi bola panas di kalangan partai koalisi pendukung pemerintah. PDIP, partai asal Jokowi, mendesak agar NasDem keluar dari koalisi. Pasalnya, Anies dianggap sebagai antitesa dari Jokowi.
Belakangan, desakan agas menteri asal NasDem keluar dari kabinet Presiden Jokowi semakin santer. Dua menteri yang berasal dari partai tersebut, Menteri Pertainan Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, disebut akan dicopot.
Miskomunikasi antara Jokowi dan Surya Paloh
Hendri menduga ada miskomunikasi terkait dukungan NasDem kepada Anies. Dia menilai Jokowi sebenarnya tak keberatan dengan pencalonan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Ada persepsi di kepala Jokowi, 'Pencalonan Anies kok enggak ngomong-ngomong ke saya,' padahal ada hal-hal yang ingin disampaikan Jokowi, sebetulnya enggak apa-apa (Anies diusung NasDem)" kata dia.
Sementara, Hendri menilai Surya Paloh juga berpikir kenapa Jokowi terganggu dengan pencalonan Anies yang merupakan bagian dari ritual 5 tahunan dalam demokrasi alias Pemilu Presiden. Sehingga, Hendri menilai pertemuan keduanya bertujuan untuk memperbaiki pesan komunikasi yang hilang.
"Meluruskan kesalahpahaman, sehingga diberitakan petinggi NasDem hasilnya positif, akhirnya kedua teman ini saling mengerti," kata Hendri.
Selanjutnya, reshuffle kabinet diprediksi tetap terjadi, tapi....