TEMPO.CO, Jakarta - Siti Dyah Sujirah atau Sipon, istri penyair Wiji Thukul, dimakamkan di Astana Purwoloyo, Pucangsawit, Jebres, Solo, pada Jumat, 6 Januari 2023. Sampai Sipon meninggal dunia, Wiji Thukul masih berstatus sebagai orang hilang.
Wiji Thukul bukan satu-satunya aktivis yang hilang pada kurun 1998-1999. Selain dia, para aktivis yang hilang antara lain Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nasser.
Sampai sekarang, keberadaan Wiji Thukul dan para aktivis tersebut tak kunjung jelas rimbanya. Padahal, Presiden Jokowi, saat menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014, pernah berjanji akan mencari Wiji Thukul. Video pendek berdurasi 22 detik oleh Lexy Junior Rambadeta berjudul Apa Jawaban Jokowi Saat Ditanya Soal Wiji Thukul mengabadikan momen tersebut.
Dalam video tersebut, Lexy menanyakan kepada Jokowi, jika menjadi presiden, bagaimana cara mencari Wiji Thukul. Di sela kesibukan berjabat tangan dengan sejumlah orang, Jokowi yang mengenakan baju kotak-kotak khasnya pada masa kampanye Pilpres 2014 menjawab, "Ya dicari biar jelas. Mbak Pon temen baik, anaknya temen baik saya."
Sipon awalnya salut dengan keberanian Jokowi mengucapkan janji tersebut. Namun, setelah Sipon melakukan berbagai upaya, mulai dari mendatangi kantor kepolisian, markas Komando Pasukan Khusus, gedung Dewan Perwakilan Rakyat, hingga Istana Presiden, hasilnya selalu nihil. Sipon pun mulai meragukan janji tersebut.
"Saya salut kepada Pak Jokowi yang ingin menyelesaikan semua masalah. Tapi Pak Jokowi, maaf kalau dengar atau baca ini, pesan saya jangan mudah berjanji," kata Sipon kepada Tempo, 15 Mei 2018. Dia meminta Jokowi tidak hanya berjanji, tetapi membuktikan janji tersebut.
Sipon bahkan meminta Jokowi tidak mengumbar janji serupa apabila janji lamanya belum ditepati. "Jadi sebelum masa kampanye calon presiden, (janji) itu diselesaikan dulu, ada upayanya untuk membuktikan apakah Wiji Thukul masih hidup atau mati," kata Sipon.
Meskipun begitu, Sipon saat itu masih menyimpan harapan agar pemerintah segera menuntaskan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penghilangan paksa para aktivis prodemokrasi pada kurun 1997-1998, seperti yang dijanjikan dalam Nawa Cita.
HAN REVANDA PUTRA