Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menyebut reshuffle kemungkinan akan dilakukan Januari ini. "Mungkin Januari ini, kita tunggu bareng-bareng," kata mantan politikus Partai Bulan Bintang (PBB) ini kepada wartawan, Kamis, 5 Januari 2022.
Ngabalin meminta menteri yang nantinya diganti untuk tetap bersemangat dan tersenyum seperti saat awal dipilih. Apalagi marah, bahkan sampai dongkol.
"Karena waktu anda sudah sampai disini saja. Tetap dan harus berterima kasih pada Presiden saat diangkat dan diberhentikan oleh beliau," kata Ngabalin, yang pernah menjadi Politik Tim Kampanye Nasional pasangan Prabowo-Hatta, melawan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2024.
Ahmad melanjutkan, bahwa deklarasi Anies sebagai calon presiden oleh Nasdem membuat kabinet kurang solid. Karena itu, Ia menyebut reshuffle ini penting dari sisi pemerintah untuk menjaga soliditas kekuatan politik pemerintah.
Selain itu, Ahmad menilai penting juga bagi NasDem untuk menarik batas yang lebih jelas. Ahmad mengamati bagaimana sejak deklarasi Anies, kecenderungan atau warna pemilih NasdEm mulai berubah.
"Sebelumnya irisan pemilih Nasdem dan pendukung Jokowi cukup kuat, sekarang mulai cenderung didominasi oleh mereka yang anti atau berseberangan dengan Jokowi," kata dia.
Tapi di sisi lain, Ahmad menyebut Nasdem belum bisa maksimal menarik dukungan dari kelompok oposan dan pemilih Anies ini. Sedangkan, dua partai yang digadang-gadang akan berkoalisi dengan NasDem, yaitu PKS dan Demokrat, masih lebih banyak menampung pemilih Anies dibanding Nasdem.
"Padahal mestinya Nasdem bisa menarik dukungan dari kelompok ini lebih banyak. Salah satu persoalannya adalah karena Nasdem masih cenderung abu-abu," ujar Ahmad.
Sampai hari ini, PDIP dan NasDem masih menjadi anggota partai koalisi pendukung pemerintahan Jokowi. Akan tetapi, desakan reshuffle oleh sesama partai koalisi pemerintah bukan kali ini saja terjadi.
Di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Ahmad menyebut anggota koalisi pemerintah, yaitu PKS, juga sering mengambil kebijakan yang kurang searah dengan pemerintah ketika itu. "Muncul juga desakan untuk keluar dari koalisi pemerintah, namun tidak sekuat sekarang pada NasDem," ujarnya.
Baca: Soal Reshuffle Kabinet, Johnny G Plate: Jangan Sampai Ada Presiden-Presiden Mendadak di Republik Ini