JAKARTA - Istilah ekonomi sirkular kian populer sekarang ini. Secara harfiah, ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mendesain produk agar memiliki daya guna selama mungkin, dan mengembalikan sisa proses produksi dan konsumsi ke dalam siklus produksi. Namun, ekonomi sirkular tidak sekadar mengelola limbah melalui praktik daur ulang, melainkan juga tentang efisiensi sumber daya, dan mencakup serangkaian intervensi di seluruh rantai pasok.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana wujud nyata ekonomi sirkular? Datanglah ke SDGs Annual Conference yang akan diselenggarakan di Hotel Sultan Jakarta, 1-2 Desember 2022. Pada Jumat, 2 Desember 2022, terdapat satu sesi khusus, yakni klinik dan mini seminar tentang kontribusi ekonomi sirkular dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai SDGs.
Pada kesempatan itu, Fauzal Rizki, Cofounder and CEO Sampangan.id akan menjelaskan tentang pengolahan limbah agar lebih bernilai melalui ekonomi sirkular. Ada pula Rafa Jafar, founder EWasteRJ yang akan menjawab pertanyaan ke mana sampah elektronikmu pergi. Selanjutnya, Muhammad Naufal, founder and CEO Carbon Addons akan menyampaikan peran belanja online dalam mendukung pengurangan emisi karbon.
Konferensi ini juga menyediakan kotak atau drop box pembuangan sampah elektronik sebagai langkah nyata mendukung inisiatif ekonomi sirkular. Peserta SAC dapat membawa laptop, handphone, flasdisk, external disk, kabel data, bola lampu, mainan elektrik, baterai, charger, keyboard, mouse, router, speaker, webcam, dan barang elektronik lainnya yang sudah tidak digunakan untuk dimasukkan ke dalam kotak di Chamber Circular Economy (EWasteRJ Corner).
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menegaskan pentingnya ekonomi sirkular untuk pemulihan ekonomi dan reformasi sosial. "Implementasi ekonomi sirkular diharapkan dapat menjadi salah satu kebijakan strategis dan terobosan untuk membangun kembali Indonesia yang lebih tangguh, melalui penciptaan lapangan pekerjaan hijau (green jobs) dan peningkatan efisiensi proses dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya,” katanya.
Ekonomi sirkular juga menjadi bagian untuk mencapai SDGs pada 2030, terutama Tujuan 6 tentang air bersih dan sanitasi layak, Tujuan 8 tentang pertumbuhan ekonomi, Tujuan 11 tentang kota-kota yang berkelanjutan, Tujuan 12 tentang konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, Tujuan 13 tentang perubahan iklim, Tujuan 14 tentang ekosistem laut, dan Tujuan 15 tentang ekosistem daratan. Agenda ekonomi sirkular juga tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebagai bagian dari strategi pembangunan rendah karbon.
Ekonomi sirkular dinilai mampu mengurangi beban bumi akibat konsumsi material dan energi dengan memaksimalkan penggunaan setiap sumber daya alam hingga batas akhirnya. Penerapan ekonomi sirkular diprediksi dapat memperpanjang umur produk konsumen dan membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat melalui investasi dalam proses produksi berkelanjutan dengan prinsip 5R, yaitu Reuse, Reduce, Recycle, Recover, dan Revalue.
Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia difokuskan pada lima sektor, yakni makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, dan elektronik. Penerapan ekonomi sirkular di lima sektor ini berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto sebesar Rp 593-638 triliun pada 2030, menciptakan penghematan rumah tangga tahunan hampir 9 persen dari anggaran, setara dengan Rp 4,9 juta atau USD 344 per tahun, dan menciptakan 4,4 juta pekerjaan dengan 75 persen di antaranya diperuntukkan bagi perempuan.
Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia juga dapat mengurangi emisi CO2e sebesar 126 juta ton dan pengurangan penggunaan air sebesar 6,3 miliar meter kubik di 2030. Dan tentunya realisasi ekonomi sirkular mampu mengurangi sampah hingga 50 persen pada 2030.
Pendaftaran SDGs Annual Conference 2022 dapat melalui tautan http://sac2022.id/. (*)