TEMPO.CO, Cianjur -Gempa yang melanda Cianjur, Jawa Barat, pada Senin, 21 November 2022 lalu menyebabkan ribuan rumah warga hancur dan 60 ribu orang harus tinggal di puluhan tempat pengungsian yang tersebar.
Ikatan Dokter Indonesia atau IDI melaporkan, sejumlah pengungsi mulai terserang penyakit.
“Rata-rata karena komplikasi dari hasil trauma akibat gempa,” kata Ketua Umum PB IDI Dr Moh Adib Khumaidi, dalam keterangannya di Cianjur, Jumat, 25 November 2022.
Baca juga : Mengenal Post Traumatic Stress Disorder: Trauma para Korban Bencana Alam
Penyakit yang Dikeluhkan Korban Gempa Cianjur
Pengungsi yang mulai terserang penyakit adalah orang tua dan anak-anak. Adapun penyakit yang dikeluhkan yaitu Ispa, fraktur, luka robek, alergi, myalgia, dyspepsia/gartritis, asma, diare, kudis, dan diabetes akibat tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan. Untuk anak-anak, banyak kasus mengalami broncho pneumonia, Ispa, patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh.
Sejumlah posko pengungsian warga berdiri di dekat rumah yang hancur akibat gempa bumi di Garogol Kidul, Cibulakan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat 25 November 2022. Masa tanggap darurat penanganan gempa bumi di Kabupaten Cianjur ditetapkan selama 30 hari sejak Senin (21/11/2022). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Penyakit memang rawan menyebar di pengungsian. Banyak penyebabnya, antara lain interaksi semasa pengungsi, sanitasi yang tidak memadai, kurangnya kebersihan, hingga pasokan air bersih yang terbatas. Oleh karenanya, penting untuk mewaspadai ancaman penyakit yang mungkin merebak saat mengungsi.
Waspada Ancaman Penyakit Menyebar di Pengungsian
Berikut potensi munculnya penyakit dan masalah gizi di pengungsian, dikutip dari publikasi Masalah Gizi dan Penyakit Menular Pasca Bencana dalam Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 tahun 2017, dilansir dari laman resmi berkas.dpr.go.id.
1. Sakit Diare
Diare merupakan salah satu penyakit yang berpotensi terjadi di pengungsian. Penyakit ini juga menular sehingga dapat menyebar ke pengungsi yang lain. Penyebab diare antara lain keterbatasan sediaan air bersih dan sanitasi yang tak memadai pascabencana. Selain itu, rendahnya gaya hidup sehat dan bersih di pengungsian juga memicu terjadinya penyakit ini.
2. Penyakit Campak
Memburuknya status kesehatan akibat bencana dapat menjadi faktor pendukung merebaknya campak di pengungsian. Hal ini didukung kurangnya asupan gizi terutama pada anak-anak serta kepadatan manusia.
3. Penyakit Malaria
Menurut laporan, penyakit malaria juga menjadi ancaman bagi pengungsi. Biasanya terjadi karena lokasi pengungsian dekat dengan endemis malaria. Apalagi tenda pengungsian cenderung terekspos oleh nyamuk penyebab penyakit ini.
4. Penyakit Pneumonia
Penyakit pneumonia atau radang paru-paru juga kerap terjadi di pengungsian. Parahnya, Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA ini dapat menyebabkan kematian pada bayi dan balita. Hal ini terjadi ketika penyakit tidak terdeteksi sejak dini atau tak mendapatkan pengobatan yang layak.
5. Penyakit Demam Typhoid
Demam typhoid terjadi akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini dapat terjadi akibat kebersihan lingkungan dan sanitasi yang kurang memadai. Gejala umumnya adalah demam, rasa lemah, nyeri kepala, nyeri sendi dan otot. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan BAB, perut terasa kembung, serta mual dan muntah.
Demikian 5 penyakit yang mengancam dan kerap terjadi di lokasi-lokasi pengungsian bencana alam. Semua harus waspada dan tak boleh lengah.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : Saat Samsudin Bawa Keceriaan Lewat Dongeng ke Anak-anak Korban Gempa Cianjur
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.