TEMPO.CO, Cianjur - Gempa Cianjur menyisakan trauma untuk anak-anak yang kini masih banyak berada di pengungsian. Beruntung, ada Samsudin. Pria 51 tahun itu menghantarkan keceriaan lewat dongeng-dongeng yang disajikannya kepada anak-anak korban gempa.
Samsudin datang jauh-jauh dari Indramayu menggunakan motor bebek Impressa peninggalan sang ibu. Selama dua hari pascagempa, dia berkeliling ke posko pengungsian untuk mendongeng di depan anak-anak.
Pada Kamis 24 November 2022, Samsudin datang ke salah satu posko pengungsian yang terletak di RW 03 Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang. Di sana, ia bercerita kepada anak-anak penyintas gempa sambil memainkan lakon menggunakan wayang dari bahan-bahan sederhana seperti kertas, karton, hingga kardus.
"Saya selalu menceritakan cerita tentang keanekaragaman hayati di Indonesia," kata dia saat dihubungi Tempo.
Baca juga: 55 Pengungsi Korban Gempa Cianjur Tinggal di Kandang Domba
Samsudin berujar alasannya memilih tema hayati adalah karena ia ingin mengenalkan flora dan fauna yang ada di Indonesia kepada anak-anak. Ia menyebut keanekaragaman hayati di Indonesia perlu didukung agar tidak mengalami kepunahan. Oleh karena itu, ia berusaha menanamkan rasa kepedulian terhadap keanekaragaman hayati Indonesia kepada anak-anak.
"Momen keinginan mendongeng keliling terpikir setelah saya sadar bahwa keanekaragaman hayati indonesia membutuhkan peran dari banyak generasi muda di seluruh bagian Indonesia," ujarnya.
Selama ia bercerita kepada anak-anak korban gempa Cianjur, Samsudin menjadikan sesi berdongeng tersebut menjadi sebuah kegiatan yang interaktif. Ia melibatkan anak-anak untuk ikut serta memainkan wayang-wayangan yang ia buat dan ikut menggerakkan cerita.
"Nah, anak anak diajak juga memegang wayang kardusnya. Mereka dilibatkan dalam perform. Mereka saya ajak jadi penonton aktif," kata Samsudin.
Tujuan Samsudin mau susah payah datang untuk bercerita kepada anak-anak penyintas gempa adalah berharap usahanya jadi wahana hiburan bagi mereka. Ia berkata ia ingin kegiatan dongeng kelilingnya tersebut menjadi trauma healing bagi anak-anak.
Selama di Cianjur, Samsudin berkata seluruh biaya akomodasinya adalah berasal dari kantong pribadinya sendiri. Ia berkata dirinya tinggal bersama warga dari posko ke posko selama kegiatan dongeng kelilingnya tersebut.
"Biaya ke Cianjur pakai uang sendiri. Makan ditanggung posko, Kalau tidur mah bisa dimana saja yang penting aman," kata Samsudin.
Pria ini mendalami dongeng sejak 2014. Ia memulai kegiatan tersebut dari kota asalnya di Indramayu. Baru pada 2016, Samsudin mendapat kesempatan untuk berkeliling Indonesia.
"Baru bisa keliling indonesia tahun 2016. Saat itu kolaborasi dengan salah satu ahli badak indonesia yang meninggal karena covid, Drh. Marcelus adi, dokter hewan dari ALeRT," kata dia.
Samsudin menjelaskan dirinya sudah berkeliling ke 14 provinsi di seluruh Indonesia. Untuk kegiatan dengan tujuan trauma healing selain di Cianjur, ia pernah melakukan hal serupa pada saat gempa Lombok dan banjir bandang di Lebak, Banten.
Baca juga: Misteri Jumlah Korban Tewas di Longsoran Tebing Palalangon Pasca- Gempa Cianjur