TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia bakal menerima pendanaan untuk transisi ke energi bersih hingga US$ 20 miliar dalam program Just Energy Transition Partnership (JETP) dalam lima tahun ke depan. Pendanaan ini diluncurkan oleh negara International Partners Group (IPG) besutan Amerika Serikat dan Jepang, dan diluncurkan dalam KTT G20 Bali yang dipimpin Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
JETP ini adalah bagian dari skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). Ini adalah inisiatif yang sudah diluncurkan Presiden AS Joe Biden dan pemimpin negara G7 pada Juni 2022 di Elmau, Jerman.
"Terima kasih Presiden Biden atas inisiatif penyelenggaraan side event Partnership for Global Infrastructure and Investment," kata Jokowi dalam konferensi pers bersama Biden, di The Apurva Kempinski Bali, Selasa, 15 November 2022.
Baca juga: Jokowi Buka KTT G20: Kita Tak Boleh Jatuh ke Perang Dingin Lagi
Saat peluncuran PGII di Elmau, Jokowi saat itu juga ikut hadir karena Indonesia memimpin G20 tahun ini. Di sana, Jokowi juga sudah bertemu Biden yang ikut memimpin peluncuran inisiatif ini.
Biden kala itu menyatakan bahwa negaranya akan memobilisasi pendanaan hingga US$ 200 miliar untuk PGII dalam lima tahun ke depan. Lalu pada hari ini, inisiatif PGII ini berlanjut dan lahirlah JETP dengan total dana US$ 20 miliar.
Dana US$ 20 miliar ini berasal dari dua sumber. Sebanyak US$ 10 miliar dari IPG dan US$ 10 miliar dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) Working Group.
Indonesia, kata Jokowi, selalu mendukung pengatan penguatan pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang. Krisis yang tengah dihadapi dunia, kata dia, telah membuat ruang fiskal menyusut.
Sehingga, Jokowi memberi tiga catatan kepada Biden setelah Indonesia menerima pendanaan US$ 20 miliar di JETP, lewat inisiatif PGII ini. Pertama, Jokowi meminta Biden agar memperhatikan kebutuhan riil negara tujuan ketika ingin mengucurkan dana investasi. "Konsultasi dan dialog dengan negara penerima harus menjadi pedoman utama," kata dia.
Jokowi menegaskan kalau pembangunan infrastruktur perlu memberdayakan masyarakat setempat. Sehingga, masyarakat bisa mempunyai rasa kepemilikan yang tinggi.
Di sisi lain, negara berkembang pun dapat lebih tangguh dalam menghadapi tantangan global di masa mendatang. Jokowi lantas mencontohkan bagaimana Indonesia mendorong pemerataan pembangunan melalui Ibu Kota Nusantara. "Ini akan membuka peluang investasi sebesar 20,8 miliar dollar AS di berbagai sektor infrastruktur," kata dia.
Kedua, Jokowi mengingatkan Biden kalau inisiatif pendanaan ini harus berdasarkan semangat kerja sama yang melibatkan lebih banyak swasta. Ia percaya bahwa PGII ini semakin bermanfaat jika melibatkan sebanyak-banyaknya negara di dunia.
Ketiga, Jokowi menekankan bahwa PGII harus menghasilkan dukungan pembangunan berkelanjutan, termasuk lewat pembangunan hijau dan transisi energi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut negara berkembang paling rentan terhadap tantangan pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. "Indonesia siap mendukung inisiatif PGII, harapan saya, ini dapat memperkuat hasil yang telah dicapai di G20," ujar Jokowi.
Baca juga: Amerika Serikat, Cina, dan Rusia Hadir di KTT G20 Bali Hari Ini