TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan pidato Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY dalam forum rapat pimpinan nasional Partai Demokrat sangat jelas ditujukan kepada Joko Widodo atau Jokowi. Apalagi, kata dia, ketua umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, vis a vis alias berlawanan dengan Jokowi.
“Sudah sangat jelas itu ditujukan ke Pak Jokowi. Apalagi sebelumnya kan didahului dengan AHY yang vis a vis terhadap Pak Jokowi,” kata Hasto saat dihubungi, Selasa, 20 September 2022.
Dalam pidatonya, SBY mengatakan ada pihak yang menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasangan calon presiden. SBY mengatakan pihak tersebut jahat dan batil.
Pernyataan SBY ini kemudian ditanggapi Hasto dalam konferensi pers yang digelar pada Ahad, 18 September 2022 lalu. Hasto berbalik menuding SBY soal gelaran Pemilu 2009 yang diwarnai kecurangan, mulai dari manipulasi daftar pemilih tetap (DPT) hingga penggunaan dana negara untuk membuat kebijakan populis dalam rangka meningkatkan elektabilitas SBY.
Hasto menjelaskan, Partai Demokrat mestinya menanggapi apa yang disampaikannya. Ia meminta Partai Demokrat untuk tidak menggeser persoalan ke isu politik.
“Sebaiknya apa yang saya sampaikan ditanggapi saja. Jadi fakta dengan fakta. Jangan digeser ke isue politik. Termasuk mengapa banyak saksi kunci atas peristiwa korupsi besar banyak yang meninggal di zaman Pak SBY?” kata dia.
Ia juga meminta Partai Demokrat mengungkapkan soal skenario hukum yang dikenakan kepada Anas Urbaningrum. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat tersebut terlibat kasus korupsi Hambalang.
“Jawab juga kriminalisasi Pak Antasari Azhar. Itu semua harus dijawab. Mengapa saya menyampaikan hal tersebut? Sebab Pak SBY menuduh secara sembarangan Pak Jokowi melakukan kecurangan dengan kata-kata batil dan jahat,” ujarnya.
Mengingat SBY menyampaikan pidatonya dalam forum setingkat rapimnas, kata Hasto, partainya langsung menanggapi. Menurutnya, Partai Demokrat mestinya menjawab dengan fakta, bukan dengan membelokkan persoalan.
“Toh capres dan cawapres pencalonannya masih 1 tahun ke depan. Sehingga, sebaiknya tidak membawa konstestasi terlalu dini. Kerja kerakyatan itulah yang seharusnya menjadi skala prioritas untuk dilakukan,” kata Hasto Kristiyanto.
Respons Demokrat
Sebelumnya, Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan pernyataan SBY di forum internal partai hanya untuk menyemangati dan menghidupkan semangat para kader dalam rangka konsolidasi. SBY, kata dia, berusaha mengingatkan kader berdasarkan informasi yang didapatkan.
“Pak SBY ingatkan harus waspada terhadap potensi-potensi yang berupaya membuat 2 pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), padahal rakyat ingin ada 3 nama calon,” kata Herzaky saat dihubungi, Senin, 19 September 2022.
Dia mengatakan SBY menilai ada pihak yang berupaya menggergaji niat partainya untuk mengusung calon. Menurutnya, sebagai guru bangsa dan orang tua, SBY ingin mengingatkan para kadernya. “Namanya guru bangsa, orang tua, apa salahnya? Beliau ingatkan hati-hati dengan potensi upaya seperti itu,” kata dia.
Herzaky menjelaskan, pihak yang merasa tersinggung tidak perlu terlalu reaktif. Sebab, SBY hanya mengingatkan, bukan menuduh. Ia mengatakan pernyataan SBY merupakan sinyal bagi para kader untuk tidak lengah dan harus intensif menjaga soliditas partai.
“Supaya pihak-pihak mereka berniat menurunkan niatnya. Beliau sudah santai, fokus, namanya juga mantan presiden informasinya dari pihak yang tinggi, bukan sembarangan. Tidak perlu reaktif dan kebakaran jenggot, kecuali kalau ternyata niatnya ketahuan, itu baru reaktif,” ujar Herzaky.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.