TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Wiku Adisasmito, mengatakan pemerintah saat ini sedang mengembangkan vaksin untuk mengatasi wabah tersebut. Wiku memastikan vaksin tersebut merupakan produk asli dalam negeri.
Menurut Wiku, pemerintah memiliki kemampuan produksi vaksin PMK dalam negeri berdasarkan serotipe virus yang beredar di Indonesia. Saat ini beberapa vaksin dalam negeri juga terbukti ampuh untuk mengatasi beberapa penyakit yang menyerang hewan ternak.
"Indonesia telah memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin hewan seperti Avian Influenza, Anthrax, New Castle Disease, dan Gumboro," kata Wiku dalam keterangannya, Rabu, 20 Juli 2022.
Wiku menjelaskan wabah ini baru masuk kembali ke dalam negeri setelah 32 tahun Indonesia dinyatakan bebas PMK. Selain mengembangkan vaksin dalam negeri, Wiku mengatakan Indonesia juga berupaya mengadakan vaksin PMK dari luar negeri yang sesuai dengan serotipe virus yang tengah beredar di dalam negeri.
Sementara itu mengenai bantuan terhadap peternak yang mengalami kerugian akibat wabah PMK, Wiku memastikan pemerintah akan segera mengeluarkan peraturan rinci tentang besaran nilai bantuan. Akibat virus ini, para peternak terpaksa memotong hewan ternaknya yang terpapar.
"Kemudian, besaran bantuan akan disesuaikan dengan jenis ternaknya yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi dengan nominal maksimal sebesar 10 juta rupiah," kata Wiku.
Sebelumnya, sebanyak 62 persen dosis vaksin PMK pada hewan yang diterima Provinsi Jawa Tengah telah disuntikkan. Jawa Tengah telah menerima 78.900 dosis vaksin dari Kementerian Pertanian.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto mengatakan ada 19 daerah di wilayahnya yang capaian vaksinasi PMK 90 persen dari jumlah dosis yang dipasok. "Akan terus kami kejar agar selesai tahap pertama," ujar dia.
Menurut dia, vaksinasi PMK tahap kedua bakal digelar setelah Hari Raya Idul Adha. Selain itu juga direncanakan ada tahap vaksinasi PMK mandiri. "Agustus akhir akan ada vaksin massal mandiri yang diproduksi oleh Pusvetma Surabaya," ungkapnya.
Agus mengungkapkan, kendala yang dialami dalam menggelar vaksinasi PMK adalah akses ke lokasi. Dia mengatakan ada sejumlah peternak yang berada di daerah terpencil. "Kendalanya kami harus datangi ternak yang berada di pelosok bahkan di hutan, medannya tidak seperti dibayangkan," tutur dia.
Kini petugas vaksinasi PMK yang ditugaskan di wilayah Jawa Tengah ada 1.569 orang. Selain itu ada bantuan petugas dari TNI dan Polri.
M JULNIS FIRMANSYAH