TEMPO.CO, Jakarta - Ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengkritik gagalnya kepolisian menangkap anak kiai Jombang, Jawa Timur MSAT yang menjadi buronan kasus pelecehan seksual terhadap santriwati. Menurut dia, gagalnya polisi menangkap pelaku membuat korban semakin menderita.
“Itu semua bisa menjadi bentuk viktimisasi sekunder atas diri korban, korban yang sudah menderita akan kian nelangsa hidupnya,” kata Reza lewat keterangan tertulis, Kamis, 7 Juli 2022.
Reza meminta kepolisian melakukan evaluasi untuk mencari penyebab panjangnya proses hukum kasus pelecehan seksual tersebut. Dia mengatakan bila masalahnya adalah keterampilan penyidik, maka perlu pelatihan. Kalau masalahnya pada integritas, maka perlu didisiplinkan.
Dia mengatakan adanya upaya menghalang-halangi dari sejumlah pihak dalam penangkapan itu tak bisa menjadi alasan. Sebab, kepolisian juga mendapatkan dukungan dari masyarakat yang lebih luas untuk menangkap pelaku.
“Menghadapi FPI (Front Pembela Islam) saja gagah berani, apalagi terhadap satu tersangka ini,” kata dia.
Dia mengatakan Kepolisian Daerah Jawa Timur perlu mengingat bahwa pada jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah dikeluarkan Instruksi Presiden tentang Gerakan Nasional Antikejahatan Seksual terhadap Anak. Begitupun, semasa Presiden Jokowi, Undang-Undang Perlindungan Anak telah direvisi. Belum lama ini, kata dia, Polri sudah membentuk Direktorat Perlindungan Perempuan dan Anak.
“Akankah penanganan kasus Jombang menjadi antiklimaks terhadap semua prakarsa hebat di tingkat nasional?” kata dia.
Kritik dari Reza itu ditujukan pada peristiwa gagalnya kepolisan menangkap MSAT, anak Kiai Muchtar Mu’thi pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyah, Ploso Jombang. MSAT sudah dilaporkan sejak 2019 oleh salah satu santrinya. Awalnya kasus pencabulan ini ditangani oleh Polres Jombang, lalu diambil alih oleh Polda Jawa Timur. Polda Jatim telah memasukkan MSAT ke dalam Daftar Pencarian Orang.
Meski sudah masuk DPO, polisi masih belum bisa menangkap MSAT. Sudah tiga kali polisi mencoba menangkap, namun selalu gagal. Terbaru, ramai di media sosial video kiai yang merupakan ayah pelaku sedang berbicara dengan Kapolres Jombang Ajun Komisaris Besar Mohammad Nurhidayat. Dia meminta polisi tidak menangkap anaknya dan mengatakan bahwa kasus ini adalah fitnah.
Baca juga: NU Jawa Timur Minta Polisi Tuntaskan Kasus Pencabulan Santriwati di Jombang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini