TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1 Juli 1909, merupakan hari kelahiran Marsekal Muda TNI Anumerta Abdulrachman Saleh di kampung Ketapang (Kwitang Barat) Jakarta. Dia adalah Pahlawan Nasional Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia dan Bapak Fisiologi Kedokteran Indonesia. Abdulrachman Saleh ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 071/TK/1974 tanggal 9 November 1974.
Seperti dikutip dari laman tni-au.mil.id, Maman, sapaan Abdulrachman Saleh, meninggal dalam misi membawa obat-obatan menggunakan pesawat Dakota VT-CLA ke Yogyakarta pada 29 Juli 1947. Pesawat itu diserbu tembakan dua pesawat Kitty Hawk milik Belanda kala hendak mendarat di Pangkalan Udara Maguwo. Padahal sebelumnya kedatangan pesawat tersebut dikabarkan telah mendapat izin dari Belanda dan Inggris.
Akibat serbuan dua Mustang Belanda tersebut, Dakota VT-CLA jatuh dan membentur pohon, patah menjadi dua dan terbakar di desa Tamanan, kecamatan Banguntapan, dekat desa Ngoto, Bantul, Yogyakarta. Hanya sebagian ekornya saja yang masih utuh. Peristiwa siang menjelang sore itu menewaskan hampir semua penumpang, hanya satu yang selamat.
Penumpangnya yang gugur adalah Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara Adisutjipto, Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Arifin, pilot Alexander Noel Constantine (Wing Comander Australia), Co pilot Squadron Leader Inggris Roy Hazelhurst, Juru Teknik India Bidha Ram dan Ny. Constantine. Sedangkan Gani Handonotjokro selamat lantaran duduk di bagian ekor pesawat.
Masyarakat Yogyakarta tidak menyangka pesawat terbang tersebut berisi orang-orang penting yang membawa obat-obatan. Mereka mengira serangan tersebut merupakan siasat Belanda yang akan membom Yogyakarta. Di kalangan Angkatan Udara Republik Indonesia atau AURI sekarang TNI AU ada anggapan bahwa apabila pesawat tersebut dikemudikan oleh Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh, yang mengenali dari udara kubu-kubu musuh dan daerah-daerah di sekitar Yogyakarta dengan baik, mungkin tak sampai terjadi peristiwa itu.
Masa Muda Abdulrachman Saleh
Abdulrachman Saleh dilahirkan dari keluarga dokter yang mempunyai disiplin dan pendidikan yang sangat kuat. Ayahnya bernama Mohammad Saleh dari Salatiga dan ibunya Ismudiati adalah gadis Jakarta. Nama Mohammad Saleh dikenal sebagai seorang dokter yang sosiawan di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat kota Probolinggo. Ayah Abdulrachman Saleh ini lulus menjadi dokter seangkatan dengan dr. Sutomo, tokoh nasional pendiri Budi Utomo.
Pendidikan Abdulrachman Saleh dimulai dari Holland Indische School (HIS), kemudian dilanjut dengan Meer Urgebreid Lagere Onderwijs (MULO). Setelah lulus MULO, Abdulrachman Saleh mengikuti jejak ayahnya, melanjutkan studinya ke School Tot Opleding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta. Akan tetapi baru beberapa bulan ia masuk STOVIA, sekolah itu dibubarkan. Pemerintah Belanda beranggapan bahwa dasar sekolah STOVIA kurang memenuhi syarat. Karena itu, untuk menjadi dokter dibutuhkan dasar yang kuat di Algemene Middelbare School (AMS).
Abdulrachman Saleh akhirnya memutuskan melanjutkan studi kedokteran di AMS Malang. Setelah menamatkan AMS, ia memasuki Geneeskundige Hooge School (GHS) di Batavia. Semasa menjadi mahasiswa, Abdulrachman Saleh termasuk mahasiswa yang aktif dengan mengikuti organisasi atau perkumpulan. Dia pernah menjadi anggota Indonesia Muda. Abdulrachman Saleh juga menggabungkan diri dalam persatuan pemuda Jong Java yang bersifat kedaerahan dan ikut aktif pula di dalamnya.
Ketika Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) berdiri, ia juga masuk dalam perkumpulan itu. Pada 1925 INPO diganti nama menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia atau KBI, peleburan ini bertujuan untuk mengganti nama Belanda dengan nama Indonesia. Teman-teman Abdulrachman Saleh lebih senang memanggilnya dengan nama “Karbol”. Nama itu merupakan pelesetan istilah Krullebol yang didapatkannya waktu perpeloncoan. Di kemudian hari, julukan Karbol ini digunakan sebagai nama panggilan Taruna Akademi Angkatan Udara.
Abdulrachman Saleh mulai meminati dunia penerbangan ketika muncul suatu Aeroclub di Jakarta bertempat di Kemayoran, sebelum Perang Dunia Kedua. Ini adalah perkumpulan olah raga terbang. Anggotanya sebagian besar dari bangsa Belanda. Namun biaya untuk bergabung sangat tinggi, sehingga tak banyak pemuda Indonesia yang bisa masuk. Namun Abdulrachman Saleh memiliki tekad dan bersaing dengan pemuda Belanda. Brevet terbang pun akhirnya dapat diperolehnya.
Setelah memperoleh gelar dokter, Abdulrachman Saleh memperdalam pengetahuannya di bidang ilmu Faal. Dokter muda ini termasuk mahasiswa yang pandai, dia terpilih menjadi asisten dalam ilmu Faal, mula-mula menjadi dosen di Nederlandsch-Indische Artsen School atau NIAS, Surabaya, dan akhirnya menjadi dosen di Perguruan Tinggi Kedokteran di Jakarta, dan kemudian menjadi guru besar di Klaten sampai wafatnya.
Selanjutnya: persan Abdulrachman Saleh menyiarkan kemerdekaan Indonesia...