TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menawarkan gagasan Koridor Pangan dalam pertemuannya dengan dua pemimpin negara yang sedang berperang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin. Koridor pangan artinya memberikan jaminan agar ekspor pangan kedua negara bisa berjalan lancar di tengah kecamuk perang.
"Ya benar," kata Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, mengkonfirmasi hal tersebut, saat dihubungi, Kamis, 30 Juni 2022.
Koridor pangan ini menyangkut kepentingan kedua negara. Pertama, ekspor gandum Ukraina bisa berjalan lancar. Kedua, ekspor pangan dan pupuk Rusia pun juga bisa berjalan dan tidak dikenai sanksi.
Ekspor gandum, yang jadi komoditas unggulan Ukraina, sebelumnya terdampak karena blokade Rusia di pelabuhan Laut Hitam di wilayah Odesa, Ukraina. Bahkan, pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus sampai ikut bersuara agar Rusia mencabut blokade ini.
"Gandum tidak dapat digunakan sebagai senjata perang," kata Paus seperti dilansir Reuters. Tapi belakangan, Rusia telah memberi sinyal bahwa kegiatan ini ekspor ini bisa kembal dibuka.
Turki Juga Melakukan
Di satu sisi, tawaran Koridor Pangan oleh Jokowi juga sudah lebih dulu dimulai oleh Turki. Media asal Rusia, TASS, melaporkan sederet pembicaraan antara Turki dan Rusia untuk membangun Koridor Grain (termasuk gandum).
TASS melaporkan koridor ini menjadi fokus pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlu Cavusoglu dalam pertemuan keduanya di Antara, Turki, pada 8 Juni. Pertemuan ini pun telah terlaksana.
Laman resmi Kementerian Luar Negeri Turki telah melaporkan pertemuan keduanya. Dalam pertemuan ini, Cavousoglu menyampaikan sejumlah isu terkait Libya, Syria, dan khususnya perang di Ukraina.
"Serta rencana yang dipimpin PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk pengiriman grain yang aman, dibahas dalam pertemuan tersebut," demikian Kementerian Luar Negeri Turki melaporkan.
Di sisi lain, semua pihak yang terlibat ini juga dihubungi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelum pertemuan Jokowi dan Zelensky. Retno melaporkan dirinya terus melakukan komunikasi intensif dengan pihak Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Retno juga berkomunikasi dengan berbagai pimpinan organisasi internasional lainnya. Di antaranya yaitu Presiden Palang Merah Internasional Peter Maurer dan Under-Secretary-General for Humanitarian Affairs and Emergency Relief Coordinator pada United Nations Regional Office for Central Africa (UNOCA) Martin Griffiths.
Lalu, Sekretaris Jenderal United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, dan terakhir Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.
Meski demikian, Arif Havas yang dulu pernah menjadi Deputi Kedaulatan Maritim, Kementerian Koordinator Kemaritiman, ini belum merinci perbedaan antara gagasan Koridor Pangan yang ditawarkan Jokowi dengan yang dibicarakan oleh Rusia dan Turki.
Tawaran Jokowi di KTT G7
Sementara, gagasan koridor pangan ini terus Jokowi dalam kunjungan kerjanya dalam beberapa hari ini. Tak hanya untuk pangan Ukraina, tapi juga pangan Rusia. Pertama yaitu dalam pertemuan sesi II saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Elmau, Jerman, 27 Juni.
Selanjutnya: Jokowi minta dukungan negara G7..