"Kami minta Depkes melakukan pemeriksaan logam berat dalam darah secara menyeluruh. Baik itu di darah, rambut dan juga gejala neurologi warga Buyat," tegas Emmy Hafild, Direktur Walhi, dalam siaran pers dan diskusi terbuka di Manado, Senin (22/1).
Menurut Emmy, bukti awal yang ditemukan Walhi melalui sampel darah yang dikirim ke Speciality Laboratories di Santa Monica, Amerika Serikat, menunjukkan 95 persen warga di daerah itu kemungkinan telah tercemar arsen. Sementara 13 warga lainnya telah tercemar merkuri yang berpotensi membahayakan kesehatan. Ini indikasi awal akumulasi logam berat As yang dibuang PT NMR yang telah masuk dalam rantai makanan.
Sebelumnya, beberapa ahli telah melakukan penelitian dan menemukan kandungan As dan HG dalam tubuh ikan di sekitar lokasi penambangan. Karena itu, untuk mencegah bahaya keracunan lebih lanjut, Walhi mendesak agar selama proses investigasi maka Newmont harus menghentikan buangan tailingnya ke Teluk Buyat.
Manajer Hubungan Masyarakat dan Pemerintahan PT NMR, Tri Harjono, menyatakan Newmont akan bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannnya. "Termasuk data kualitas air laut yang telah dikeluarkan selama ini." Dalam data itu, jelasnya, kualitas air laut belum ada indikasi tercemar.
Tri kembali menegaskan bahwa aset Newmont Minahasa itu hanya 5 persen saja dari keseluruhan investasi Newmont di berbagai belahan dunia. "Dalam pemantauan lingkungan, Newmont tidak main-main."
Sementara itu, seorang dokter di Puskesmas Ratatotok belum bisa memastikan gejala dan keluhan keracunan warga di Buyat itu apakah karena diakibatkan logam berat As dan Hg. Selama ini warga yang berobat di Puskesmas menderita Ispa, diare, malaria dan gatal-gatal. (Verrianto Madjowa)