TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menanggapi kabar mengenai Panglima TNI Andika Perkasa yang akan menjadi kandidat calon presiden pilihan Partai NasDem. Menurutnya, peluang Andika untuk manju sebagai Capres 2024 tampak belum signifikan.
Umam menjelaskan, selain elektabilitas yang masih sangat terbatas, dinamika demokrasi saat ini belum menunjukkan kebutuhan pemimpin dari kalangan militer. “Demokrasi menghendaki kepemimpinan yang berbasis supremasi sipil,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat, 6 Mei 2022.
Selain itu, Umam berujar, mengajukan Andika sebagai capres sama halnya dengan mengganggu konsentrasi kerjanya sebagai Panglima TNI. Karena jabatan tersebut mensyaratkan netralitas dan independensi lembaga negara.
Menurut Umam, jika memang Andika ingin masuk ke dunia politik, maka ia perlu mengikuti langkah senior militer seperti Edy Sudrajat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Prabowo Subianto, Raden Hartono. Mereka menghormati amanah reformasi dengan membangun jalan politik lewat partai politik setelah berkhidmat pada TNI.
Umam juga menyarankan bagi para elit TNI yang memiliki niat untuk beralih medan pengabdian ke politik, juga bisa berkaca pada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Putra pertama SBY itu tegas menginvestasikan pengabdian pada negara lewat partai politik,
“Jangan sampai orang mengaku patriotik berkhidmat di lembaga negara, tapi justru menjalankan kerja-kerja politik. Dalam konteks itu, Andika juga bisa bercermin dari para senior dan juniornya itu,” katanya.
Partai NasDem akan mengumumkan capres 2024 yang akan diusungnya dalam rapat kerja nasional pada 15-17 Juni 2022. Salah satu nama yang masuk adalah Andika Perkasa. Nama lainnya, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Menteri BUMN Erick Thohir.