TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat vaksinasi booster di Indonesia masih berada di angka 6,06 persen atau jauh di bawah capaian rata-rata vaksinasi booster dunia 18,55 persen. Padahal, vaksinasi booster menjadi syarat utama bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik tahun ini.
Menurut Dicky, hal pertama yang membuat masyarakat ogah melakukan vaksinasi booster karena pemerintah sudah gembar-gembor mengatakan status pandemi akan turun ke level endemi.
"Faktor euforia, optimisme berlebihan dari pemerintah yang menarasikan ini sudah terkendali dan masuk endemi Sehingga semangat atau persepsi risiko, kewaspadaan yang terbangun di masyarakat ini menurun, sulit dibangun lagi," ujar Dicky saat dihubungi Tempo, Kamis, 24 Maret 2022
Selain itu, Dicky mengatakan penyebab masyarakat enggan melakukan vaksinasi booster karena pada vaksinasi dosis pertama dan kedua, mereka mengalami KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi) yang tidak menyenangkan. Dengan minimnya literasi soal KIPI tersebut, masyarakat takut untuk melanjutkan ke vaksinasi dosis ketiga.
Terakhir, Dicky mengatakan ada banyak masyarakat yang ingin divaksin dengan jenis vaksin yang homogen atau sejenis. Sementara pada vaksinasi booster, rata-rata masyarakat mendapatkan jenis vaksin yang berbeda dibanding vaksinasi pertama dan kedua.
Baca Juga:
"Jadi pemerintah harus lebih ekspansif dan proaktif (melakukan vaksinasi dosis ketiga), dibandingkan saat dosis vaksin satu dan dua," kata Dicky.
Sebelumnya, huru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebut capaian vaksinasi booster Indonesia masih berada di angka 6,06 persen. Pihaknya pun terus berupaya mengajak masyarakat melakukan suntikan vaksinasi dosis ketiga tersebut.
"Cakupan vaksinasi booster perlu ditingkatkan. Pemerintah menjamin ketersediaan vaksin dan distribusinya ke seluruh Negeri. Sehingga masyarakat diminta untuk melengkapi vaksinasinya," ujar Wiku.
Wiku menjelaskan, pemerintah menjadikan vaksinasi booster sebagai syarat mudik karena menginginkan masyarakat bisa kembali beraktivitas normal pada bulan Ramadan 2022. Meski begitu, Wiku mengatakan masyarakat tetap harus menjaga protokol kesehatan walau sudah melakukan vaksinasi booster.
"Belajar dari beberapa negara yang vaksin booster tinggi, jika tidak diimbangi prokes yang tinggi, maka potensi peningkatan kasus akan tetap ada," kata Wiku.
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca: Cegah Ledakan Kasus Covid-19, Epidemiolog Setuju Booster Jadi Syarat Mudik