TEMPO.CO, Jakarta - Pada 16 Maret 1963 atau tepatnya 59 tahun lalu, di Pulau Bali terjadi letusan salah satu gunung aktif, yaitu Gunung Agung. Akibat letusan ini, setidaknya sebanyak lebih dari seribu orang menjadi peristiwa dalam peristiwa bencana alam ini. Berikut kisah kilas balik meletusnya Gunung Agung.
Gunung Agung merupakan salah satu gunung aktif sekaligus puncak tertinggi di Pulau Bali. Melansir dari Jurnal Bappeda Litbang edisi 2018, sebelum 1963, Gunung Agung telah mengalami tiga kali letusan, yaitu pada 1808, 1821, dan 1843. Setelah kurang lebih 100 tahun tidur dalam durasi yang panjang, Gunung Agung bangun dari tidurnya pada 1963.
Letusan Gunung Agung sudah berlangsung sejak 18 Februari 1963. Pada saat itu, dentuman keras disertai asap tebal telah menyelimuti Gunung Agung. Aliran lahar dingin juga terus-menerus mengalir selama beberapa pekan. Meskipun demikian, warga masih melaksanakan aktivitas seperti biasa, seperti pelaksanaan upacara adat Eka Dasa Rudra masih berlangsung.
Puncaknya, pada 16-17 Maret 1963, puncak Gunung Agung mulai mengeluarkan suara gemuruh yang menggelegar. Abu vulkanik pun mulai menyelimuti udara setnggi 10 kilometer. Serangkaian letusan terus terjadi sepanjang pekan-pekan berikutnya. Melansir dari, selama tujuh jam, letusan terus belangsung disertai dengan arus gas panas dan materi vulkanik yang bergerak cepat. Sepanjang 1963, sebanyak tiga kali letusan terjadi di Gunung Agung.
Melansir dari Jurnal Destininasi Pariwisata edisi 2019, hujan lebat pun turut terjadi disertai lahar panas dan dingin. Hal tersebut minumbulkan korban yang mencapai 200 orang. Lahar dingin terus mengalir di sepanjang lereng hingga menutupi permukiman warga dan menghancurkan banyak bangunan.
Dampak erupsi Gunung Agung yaitu terjadinya perubahan iklim dalam jangka pendek, sekitar 1.700 orang meninggal dunia yang disebabkan awan panas atau aerosol vulkanik dengan suhu tinggi dan tersusun atas gas, abu atau massa yang bergerak kecepatan tinggi menuruni lereng gunung.
Warga-warga mulai melakukan evakuasi dengan mengungsikan diri. Erupsi Gunung Agung kedua berlangsung pada 16 Mei di tahun yang sama. Erupsi Gunung Agung terus berlanjut cukup lama, yakni hingga tahun berikutnya, tepatnya pada Januari 1964. Sebagaimana dijelaskan dalam sinasinderaja.lapan.go.id, letusan Gunung Agung pada 1963 dinobatkan sebagai letusan terbesar dan terdahsyat di Indonesia.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Erupsi Gunung Agung: 17 Maret 1963, Ribuan Orang Meninggal dan Bencana Kelaparan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.