TEMPO.CO, Jakarta - Kiprah Sutan Sjahrir, revolusioner kemerdekaan tidak hanya mengantarkannya pada jabatan perdana menteri pertama Indonesia, tapi juga kehidupan asmara dengan Siti Wahyunah yang popular dengan panggilan Poppy Sjahrir. Tokoh kelahiran 5 Maret 1909 di Padang Panjang ini sahabat kakak Poppy, Soedjatmoko.
Poppy adalah sekretaris Sjahrir. Ia lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 11 Mei 1920 dari pasangan ningrat KRT Mohamad Saleh Mangundiningrat dan RA Isnadikin Tjitrokusumo.
Melansir Majalah Tempo Edisi 9 Maret 2009 dengan tajuk “Sang Pemuja dan Tuan Perdana Menteri”, Poppy tak hanya menemani Sjahrir di kantor, seusai perjanjian Linggarjati pada 25 Maret 1947, ia diajak Sjahrir menghadiri pesta resepsi yang digelar Gubernur Jenderal Belanda H.J. Van Mook di Jakarta.
Suatu waktu, Poppy dikejutkan dengan kenyataan yang tak pernah diketahui sebelumnya. Ketika Poppy menemani Sjahrir terbang ke India, pertama kali ia mengetahui bahwa kekasihnya pernah beristri orang Belanda.
Sebulan lebih setelah keduanya menikah, mantan istri Sjahrir, Maria Duchateau harus meninggalkan Indonesia. Pemerintah kolonial menganggap akad keduanya tidak sah. Mereka resmi berpisah pada 12 Agustus 1948.
Sebelum menikah, Poppy dan Sjahrir sempat berpisah selama satu hingga dua tahun. Poppy sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden Belanda. Setelah itu, sekolah lagi ke London School of Economics di Inggris. Setelah masa pendidikannya usai, akhirnya Poppy dan Sjahrir menikah. Mereka menikah di Kairo, Mesir. Penghulunya Rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Abdul Magud Selim dengan wali nikah Soedjatmoko,.
Pasangan dengan selisih usia 11 tahun ini menghabiskan bulan madu di Kairo. Sjahrir memboyong dua anak angkatnya dari Banda. Sjahrir-Poppy dikaruniai dua anak, yaitu Kriya Arsjah lahir pada 1957 dan Siti Rabyah lahir pada 1960.
Beberapa waktu menikmati hidup dengan keluarga kecilnya, Sjahrir mendekam di penjara Madiun, Jawa Timur. Ia dituduh berniat menggulingkan kekuasaan Soekarno.
Poppy tetap berbesar hati. Selama delapan bulan suaminya dibui, hampir setiap bulan ia berkunjung meski ia harus mengurus berlembar surat izin masuk setiap menjenguk Sjahrir. Akan halnya Sjahrir, setiap hari menulis surat rindu untuk istrinya.
“Cinta Mama luar biasa. Sampai akhir hayatnya, yang Mama pikirkan hanya Sjahrir, Sjahrir, dan Sjahrir,” ujar Siti Rabyah, si anak bungsu, dikutip dari Majalah Tempo. Berbeda dengan Siti Rabyah, anak pertama Sjahrir mengatakan sejak Sjahrir berpulang di tahun 1966, ibunya semakin menyelami hal-hal spiritual. Poppy yang rupawan, bahkan menanggalkan semua perhiasan dan tak lagi berdandan.
Minarsih Soedartopo, rekan Poppy di Gerakan Wanita Sosialis menyebut sahabatnya sebagai seorang yang penuh kasih dan pemaaf. Pada beberapa kondisi, ia mengetahui temannya sedang tertekan. Namun, ia tak pernah menampakkan wajah susah saat bersama suaminya. Bahkan, ketika Sjahrir dirawat di Zurich, Swiss, Poppy dengan setia membacakan koran, menyuapi, dan menemaninya setiap hari. Hingga pada akhirnya, pada 1999 di usia yang ke79 tahun, ia berpulang menyusul pujaan hatinya, Sutan Sjahrir.
Baca juga: Penjara Indah Untuk Hatta-Sjahrir di Banda Neira
RISMA DAMAYANTI