Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jejak Alutsista Uni Soviet Sebelum Operasi Trikora Lawan Belanda

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Anak-anak sedang bermain di atas kendaraan tempur (Ranpur) tank jenis PT 76 buatan Rusia 1961 dan meriam di Alun-Alun Batang, Senin (31/1/2022) . Alutsista tersebut merupakan hibah Korsp Marinir kepada Pemerintah Kabupaten Batang. (ANTARA/Kutnadi)
Anak-anak sedang bermain di atas kendaraan tempur (Ranpur) tank jenis PT 76 buatan Rusia 1961 dan meriam di Alun-Alun Batang, Senin (31/1/2022) . Alutsista tersebut merupakan hibah Korsp Marinir kepada Pemerintah Kabupaten Batang. (ANTARA/Kutnadi)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia menghadapi masa krusial dan krisis, termasuk Belanda ingin kembali menguasai, tapi beberapa tahun kemudian Uni Soviet mengakui kemerdekaan.


Terjadinya agresi militer Belanda 1 dan 2, karena Belanda belum mengakui kemerdekaan Indonesia secara penuh.

Secara de facto, Indonesia memang sudah merdeka, tetapi secara de jure, Indonesia belum sepenuhnya merdeka karena masih banyak negara lain yang belum mengakui kemerdekaan Indonesia.

Setelah terjadinya Konferensi Meja Bundar (KMB), barulah Indonesia diakui merdeka secara penuh oleh banyak negara.

Walaupun belum diakui merdeka secara penuh oleh banyak negara, terdapat beberapa negara yang sudah mengakui kemerdekaan Indonesia secara penuh, salah satunya adalah Uni Soviet.

Menurut catatan sejarah, pada Desember 1948, Uni Soviet mulai membuka hubungan diplomatik dengan pemerintah Indonesia. Dan Indonesia serta Uni Sovet pernah menandatangani kesepakatan di Praha, Cekoslowakia. Namun, kesepakatan tersebut dibatalkan karena Indonesia mendapat tekanan kuat dari Belanda.

Pada akhirnya, hubungan diplomatik antar Uni Sovet dengan Indonesia terjadi pada Desember 1949 setelah terjadinya KMB. Setelah terjadi penyerahan kedaulatan dari Belanda, pada 1950-an, TNI memiliki rencana untuk melakukan peremajaan terhadap alat utama sistem pertahanan alias alutsista.

Sebagai informasi, alutsista Indonesia pada saat itu adalah sisa-sisa Perang Dunia II.

Pada 1956, Presiden Sukarno berkunjung ke Uni Soviet untuk pertama kalinya dan sejak saat itu hubungan bilateral keduanya semakin mesra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tuntutan untuk pembelian alutsista semakin menggema ketika Sukarno mengumandangkan Trikora dalam perebutan Irian Barat dari cengkeraman Belanda.

Saat itu, petinggi ABRI mengajukan proposal pembelian alutsista ke Amerika Serikat, tetapi ditolak. AS menolak proposal dari pihak Indonesia karena diketahui senjata tersebut akan digunakan untuk melawan Belanda, sekutu AS di Eropa.

Pada akhirnya, Sukarno meminta kepada A.H Nasution untuk membeli alutsista dari Uni Soviet.

Hal ini dikenang oleh Nasution dalam buku Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5 : Kenangan Masa Orde Lama. Pada awalnya, Nasution merasa keberatan dengan perintah tersebut karena Uni Sovet sudah pernah menawarkan bantuan militer berupa alutsista kepada Indonesia, tetapi tawaran tersebut ditangguhkan karena petinggi ABRI memiliki keyakinan dapat memperoleh alutsista dari AS.

Pada Desember 1960, Nasution akhirnya berangkat menuju Moskow untuk bernegosiasi dengan pemerintah Uni Soviet untuk pembelian alutsista. Proses negosisasi berhasil selesai pada 6 Januari 1961 dan Nasution berhasil membawa alutsista dari Moskow menuju Jakarta.

Di samping itu, selama di Moskow, Nasution juga mendapatkan pelayanan yang menyenangkan dari Uni Soviet. Bahkan, ia diberikan kesempatan untuk berpidato di Istana Kremlin. Dalam misinya di Moskow, Nasution berhasul membawa alutsista senilai $ 450 juta dengan mekanisme pembayaran dilakukan secara kredit berjangka 20 tahun dengan bunga 2,5 %.

Alutsista-alutsista yang berhasil diborong oleh Nasution, antara lain 12 kapal selam, tank, kapal roket cepat, pesawat tempur, helikopter, peralatan amfibi, dan berbagai persenjataan berat asal Uni Soviet lainnya.

EIBEN HEIZIER
Baca : Arti Elang Berkepala Dua pada Lambang Negara Rusia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

2 hari lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo berfoto bersama 5 desainer terpilih  saat peluncuran logo resmi Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Istana Negara, Jakarta, Selasa 30 Mei 2023. Sebelumnya telah dilakukan voting terhadap lima kandidat logo. Adapun proses jajak pendapat itu sudah ditutup per 20 Mei 2023. Totalnya ada 500 ribu orang berpartisipasi dalam pemilihan logo ibu kota baru tersebut. Sementara ada 5 logo IKN yang ditawarkan dalam proses pemilihan. TEMPO/Subekti.
Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN


Bertemu KSAD, Bamsoet Dorong Peningkatan Alutsista dan Kesejahteraan Prajurit

3 hari lalu

Bertemu KSAD, Bamsoet Dorong Peningkatan Alutsista dan Kesejahteraan Prajurit

Alutsista guna menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. Kesejahteraan prajurit sebagai simbol penghargaan negara terhadap tugas berat yang telah dijalankan.


Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

7 hari lalu

Maulwi Saelan. TEMPO/Arnold Simanjuntak
Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.


Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

7 hari lalu

Mykola Solsky. wikipedia.org
Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar


Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

7 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan melalui panggilan konferensi video di Moskow, Rusia, 9 September 2022. Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS/File Photo
Rusia Siap Kerjasama dengan Pemerintahan Baru Indonesia, Begini Hubungan Baik Kedua Negara Sejak Zaman Uni Soviet

Pemerintah Rusia menyambut presiden baru Indonesia. Siap lanjutkan kerja sama.


Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

10 hari lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Mathilda Khoo
Cegah Overtourism, Amsterdam Kurangi Jumlah Kapal Pesiar

Jumlah kapal pesiar sungai di Amsterdam meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2011.


KSAU Sebut TNI AU Akan Miliki Pesawat Nirawak Berteknologi Satelit

11 hari lalu

Marsekal Madya TNI Mohamad Tonny Harjono sebelum dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) di Istana Negara, Jakarta, Jumat 5 April 2024. Tonny resmi menjabat KSAU menggantikan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo yang memasuki masa purna tugas.  TEMPO/Subekti.
KSAU Sebut TNI AU Akan Miliki Pesawat Nirawak Berteknologi Satelit

KSAU Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono menyebutkan TNI AU segera memiliki pesawat nirawak baru yang akan melengkapi alutsista nasional


25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

13 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

13 hari lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Adrien Olichon
Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.