TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) perwakilan Sulawesi Tengah, Dedy Askari, mengungkap temuan terbaru soal insiden penembakan demonstran penolak tambang emas di Tinombo Selatan, Parigi Moutong. Peristiwa itu membuat satu orang massa aksi tewas tertembak.
Selain penembakan, Dedy mengatakan bahwa ada beberapa hal yang diduga dilakukan pihak kepolisian terhadap para demonstran, seperti kekerasan dan intimidasi. Berdasarkan penuturan keluarga dari para demonstran, ada puluhan orang yang lari meninggalkan kampung untuk berlindung.
“Sampai sekarang belum berhasil kami temui, mengingat mereka ini lari meninggalkan kampung, sebab hampir setiap waktu aparat kepolisian datang mencari dan mengejar mereka,” ujar Dedy saat dihubungi pada Sabtu, 19 Februari 2022.
Sementara terhadap keluarga yang ditemui, Dedy mengatakan, aparat meninggalkan pesan dengan narasi penuh ancaman dan tekanan. Selain itu, pihak Polres Parigi Moutong, pada Jumat, 18 Februari, dikabarkan menerbitkan surat panggilan kepada koordinator lapangan aksi untuk menghadap dan dimintai keterangan.
“Keterangan terkait demo tanggal 12 Februari, panggilan untuk menghadap tersebut dijadwalkan Selasa, tanggal 22 Februari,” kata Dedy.
Sementara dugaan kekerasan yang terjadi menurut laporan, Dedy berujar, bentuknya banyak. Mulai dari yang matanya mengeluarkan darah akibat kena pukulan atau dipukul aparat kepolisian. Bahkan informasi yang diterima Komnas HAM berdasarkan penuturan keluarga korban, ada satu orang saat di Polres Parigi Moutong dipukul dengan batu bata.
“Dengan bata merah oleh anggota polisi di Polres Parimo, hingga hampir semua gigi bagian depan rontok,” tutur Dedy.